DOSA memang tidak berjendol atau berbekas di fisik. Bahkan orang yang gemar berdosa pun bisa tampil layaknya orang paling alim sekalipun.
Dosa itu tidak kasat mata. Tidak ada bekasnya secara fisik. Sehingga, tidak mudah mendeteksi apakah seseorang suka berdosa atau tidak.
Bahkan saat ini, begitu banyak trik, offline maupun online, orang memperlihatkan keadaan yang enak dipandang. Dan, bisa mudah meraih simpati orang banyak.
Jadi, jangan heran jika di tampilan publik seseorang terlihat begitu soleh dan solehah, tapi belakangan ditemukan kasus yang tidak identik dengan citranya.
Di publik kita yang mayoritas muslim, citra orang baik adalah mereka tampil alim, dermawan, dan murah senyum. Dan hal itu bisa dipelajari dan dilatih.
Bahkan, ada seorang mualaf yang menceritakan bagaimana triknya meraih pelanggan bisnis umrahnya, padahal saat itu ia masih non muslim. Bayangkan, bagaimana mungkin non muslim bisa buka bisnis umrah.
Ia menceritakan, saat itu ia gemar mengenakan busana muslim dan diyakinkan dengan tampilan sedikit janggut. Wow, begitu mudahnya. Begitu pun dengan para artis yang biasa bermain di film religi Islam, padahal dirinya non muslim.
Jadi, jangan terlalu mudah percaya dengan tampilan yang mempesona. Periksalah keadaan hatinya. Karena hati tidak bisa berbohong.
Tidak heran jika Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu tidak begitu mudah percaya dengan seseorang yang baru dikenal. Khalifah Islam kedua ini baru meyakini kebaikan sosok yang ia kenal setelah bepergian bersama selama sedikitnya tiga hari.
Jangan bayangkan bepergian saat itu dengan keadaan bepergian saat ini. Karena saat itu, bepergian sangat tidak nyaman, capek, dan menguras emosi. Saat itulah keadaan hati seseorang terungkap dengan jelas.
Itu analisis pendosa yang dilakukan orang lain. Begitu pun dengan diri kita sendiri. Kadang setan begitu canggih memanipulasi dosa-dosa yang kita lakukan sehingga menjadi tak terasa sama sekali.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 104)
Tertipu dengan pencitraan orang lain memang menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan lagi jika tertipu oleh pencitraan diri sendiri.
Kita mengira bahwa kitalah orang yang paling soleh, paling dermawan, paling dekat dengan Allah, dan seterusnya. Tapi sejatinya, kita menjadi salah satu yang buruk di sisi Allah. Na’udzubillah.
Momen awal tahun ini, boleh jadi, bisa menjadi momentum untuk bermuhasabah. Salah satu kunci sukses muhasabah yang jitu adalah dengan mengikhlaskan diri semata-mata karena Allah. Jauh dari pujian, jauh dari pandangan orang luar. Hanya di hadapan Allah saja.
Dan rajin-rajinlah berdoa kepada Allah di saat sendiri. Mintalah agar Allah menganugerahkan keikhlasan yang terbaik: soleh di hadapan orang banyak dan soleh di saat sendirian.
Jangan pernah hanyut dengan pujian orang banyak untuk diri sendiri. Karena mereka tidak pernah melihat dosa-dosa yang kita lakukan. Sebagaimana dosa yang memang tidak berjendol. [Mh]