CINTA bersemi tanpa mengenal musim. Dan musim dakwah adalah yang paling menguji.
Ada kisah menarik tentang putri sulung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia adalah Zainab radhiyallahu ‘anha.
Zainab dijodohkan oleh ibunya, Khadijah radhiyallahu ‘anha atas restu Rasulullah. Kenapa ibunya yang menjodohkan? Karena calonnya masih keponakan Khadijah. Sama-sama keluarga pebisnis. Namanya, Abul Ash bin Rabi’.
Zainab pun menikah di saat ayahnya belum menjadi Nabi. Suaminya begitu mencintai Zainab. Ia pernah mengungkapkan, tak ada wanita Quraisy yang bisa menawan hatinya selain Zainab.
Islam Menguji Orang Quraisy
Ketika Islam datang bersama dengan diangkatnya Rasulullah sebagai Nabi dan Rasul, warga Quraisy terpecah dua. Ada yang mengikuti Rasulullah, ada pula yang tidak.
Zainab tanpa ragu langsung mengikuti ayahandanya memeluk Islam. Sementara suaminya menolak. Tapi, suaminya tetap setia mencintai Zainab. Saat itu, memang belum ada wahyu tentang dilarangnya pernikahan beda agama.
Bahkan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat hijrah ke Madinah, Zainab tetap berada di Mekah bersama suami tercinta.
Repotnya ketika terjadi Perang Badar di tahun kedua hijriyah. Abul Ash ikut dalam rombongan kafir Quraisy. Dan lebih repot lagi ketika menantu Rasulullah ini ikut menjadi tawanan kaum muslimin setelah pasukan Quraisy kalah dan kembali ke Mekah.
Saat itu dibuat kesepakatan. Semua tawanan kafir Quraisy bisa ditebus melalui keluarganya di Mekah. Ada yang menebusnya dengan emas, dan lainnya.
Termasuk, menantu Rasulullah yang masih kafir ini. Ia ditebuskan melalui istrinya, Zainab, dengan sebuah kalung emas. Kalung ini ternyata begitu spesial buat Rasulullah. Inilah kalung hadiah khusus pernikahan Zainab dari ibunya yang juga mendiang istri Rasulullah.
Entah seperti apa perasaan Rasulullah saat itu. Beliau menerima tebusan itu. Tapi ada syaratnya, Zainab harus tinggal di Madinah. Quraisy setuju dengan syarat itu.
Jadilah Zainab terpisah dari suaminya. Zainab diberangkatkan untuk tinggal di Madinah, sementara suaminya diberangkatkan untuk kembali ke Mekah.
Abul Ash Masuk Islam
Berlalulah perpisahan suami istri yang saling mencintai itu untuk beberapa waktu. Abul Ash pun melakoni rutinitasnya seperti biasa, berdagang ke seantero negeri.
Empat tahun setelah itu, turun firman Allah tentang larangan wanita muslimah menikah dengan pria non muslim. Dengan begitu, secara hukum, Zainab sudah bercerai dengan Abul Ash. Namun, rasa cinta keduanya tak pernah pudar.
Dua tahun kemudian, ada insiden yang mengubah nasib Abul Ash dan Zainab. Rombongan dagang Quraisy ditangkap pasukan Islam di dekat Madinah saat melewati rute menuju utara.
Semua barang dagangan disita, orang-orangnya ditahan. Termasuk yang ditahan adalah Abul Ash. Tapi, ia berhasil kabur.
Ternyata Abul Ash tidak kabur jauh. Ia masih memikirkan barang dagangan miliknya yang ditahan. Pasalnya, barang-barang itu merupakan titipan dari orang-orang Quraisy.
Dengan berbagai cara, Abul Ash berhasil menyelinap ke tempat penyimpanan barang dagangan yang ditahan. Barang-barang itu pun berhasil ia bawa kabur ke Mekah.
Setibanya di Mekah, ia mengembalikan semua titipan ke orang-orang Quraisy. Di luar dugaan, ia mengucap dua kalimat syahadat di hadapan orang-orang Quraisy.
“Aku sengaja mengucapkan syahadah ini di hadapan kalian, karena kalau aku ucapkan di Madinah, kalian akan curiga itu caraku untuk mengambil semua titipan kalian,” ungkap Abul Ash.
Abul Ash pun kembali ke Madinah untuk bergabung dengan umat Islam di sana. Setibanya di Madinah, ia disambut baik. Rasulullah pun menikahkan kembali Abul Ash dengan wanita yang sangat ia cintai, yaitu mantan istrinya yang terpisah selama enam tahun: Zainab.
Dari pernikahan keduanya, lahir dua anak: Umamah dan Ali. Sayangnya, Ali meninggal dunia di saat masih kecil.
Kisah kembalinya sepasang suami istri yang terpisah enam tahun ini pun tak berlangsung lama. Setahun setelah itu, pada tahun sembilan hijriyah, Zainab binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia.
Zainab dan Abul Ash akhirnya berpisah lagi. Kali ini, perpisahan yang sangat lama, hingga Allah akan mempertemukan keduanya di surga-Nya, aamiin.
**
Romantika cinta dan dakwah bisa dialami siapa saja di antara hamba-hamba-Nya. Seribu satu rasa kerap mengharu biru hati mereka.
Tapi ketika harus memilih di antara dakwah dan cinta, bersabarlah untuk memilih dakwah. Insya Allah, Allah akan mengganti dengan cinta yang jauh lebih baik: dia yang sama atau yang lainnya. [Mh]