BERBAKTI pada kedua orang tua merupakan kewajiban setiap anak. Meskipun, keduanya bukan orang baik.
Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang sahabat bernama Abdullah bin Abdullah bin Ubay radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah penduduk asli Madinah. Ia menerima Islam dengan tulus. Ia ikut berjihad dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan lainnya.
Yang menjadi masalah adalah Abdullah merupakan putra dari gembong munafik yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Ayah Abdullah ini selalu memusuhi Rasulullah dan umat Islam dalam senyap.
Di depan Nabi dan kaum muslimin, ia terlihat baik, tapi diam-diam ia mengkhianati Rasulullah dan umat Islam.
Namun begitu, Abdullah tetap berbakti pada ayahnya. Tentu selama pada bukan hal yang menyalahi syariat Islam. Dan hal itu memang sudah terjalin lama sebelum Islam datang ke Madinah.
Ketika ada ucapan menghina Rasulullah dan umat Islam dari gembong munafik ini, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu meminta izin untuk membunuhnya. Tapi hal itu ditolak Rasulullah.
Pembicaraan ini sampai ke telinga Abdullah. Ia mendatangi Nabi dan mengatakan, “Ya Rasulullah, jika Anda ingin memerintahkan seseorang untuk membunuh ayahku, suruhlah aku. Aku akan membunuhnya. Karena jika orang lain yang melakukannya, aku khawatir akan membalas kematian itu dan aku akan masuk neraka.”
Rasulullah menyangkal hal itu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Abdullah untuk tetap berbuat baik pada ayahnya.
Ajal pun datang bagi Ibnu Salul, si gembong munafik. Ia wafat karena sakit.
Abdullah mendatangi Rasulullah. Ia memohon agar Nabi memberikannya jubah untuk ia jadikan kafan untuk jenazah ayahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan jubahnya kepada Abdullah.
Abdullah juga memohon kepada Nabi untuk menyalatkan jenazah ayahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyanggupi. Tapi hal ini disanggah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu karena Allah melarang hal itu.
Dan turunlah firman Allah subhanahu wata’ala tentang larangan menyalatkan gembong munafik itu, termasuk juga mendoakan di atas kuburannya.
“Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. At-Taubah: 84)
Abdullah memaklumi. Ia berharap, semoga jubah Rasul yang ia jadikan kain kafan untuk ayahnya bisa menjadi kebaikan untuk jenazah ayahnya.
**
Seorang anak tetap harus berbakti kepada ayah ibunya meski keduanya bukan orang baik. Tentu, mentaati dalam hal yang bukan dilarang syariah.
Selain berbakti, anak juga mendoakan agar orang tuanya diberikan hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala: diberikan kesadaran dan diampuni semua dosanya.
Boleh jadi, dengan berbakti inilah, orang tua yang tidak baik akan menemukan hidayah Allah karena kagum dengan kesabaran anaknya. Dan tentu saja dari doa anaknya.
Bersabarlah untuk tetap berbakti pada orang tua. Meskipun, keduanya tidak begitu berbakti kepada Allah. [Mh]