HIDUP ini adakalanya naik dan turun. Keduanya butuh tenaga ekstra. Jangan lengah saat jalan turun, karena ia lebih berisiko dari naik.
Seorang remaja sedang belajar naik motor dengan ayahnya. Ia begitu serius dengan apa yang diajarkan ayahnya.
“Naik motor itu bukan sekadar bisa maju dan tidak jatuh,” ucap sang ayah sambil terus mengawasi anaknya sambil membonceng.
“Iya, Yah!” jawab sang anak sambil tetap serius pada laju motor.
Sesekali, laju motor melambat saat di jalan mulai banyak kendaraan. Motor pun akhirnya berhenti ketika di depan terlihat ada tanjakan tinggi.
“Stop, Nak!” ucap sang ayah sebelum motor akhirnya benar-benar berhenti di tepian jalan.
“Ada apa, Yah?” tanya sang anak.
“Perhatikan keadaan jalan di depan sana. Ada tanjakan tinggi. Itu artinya kamu harus siapkan energi besar agar motor bisa terus menanjak,” ungkap sang ayah yang diiringi anggukan anaknya.
Motor yang ditumpangi keduanya pun bergerak lagi. Meski di tanjakan tinggi, sang anak sukses mengendalikan motor hingga melewati tanjakan.
Motor pun terus melaju normal. Hingga akhirnya terlihat ada turunan, sang ayah kembali meminta anaknya untuk berhenti.
“Ya, stop lagi,” ucapnya, hingga akhirnya motor berhenti di tepian jalan.
“Kenapa berhenti, Yah? Apa karena turunan itu?” tanya sang anak.
“Benar, anakku. Turunan itu di depan itu sepertinya lumayan curam. Kamu harus lebih berhati-hati,” ungkap sang ayah.
“Yah, bukankah turunan lebih mudah dari tanjakan?” tanya sang anak setelah melihat sang ayah tampak lebih serius dengan turunan dari tanjakan.
“Kamu salah, anakku. Turunan jauh lebih sulit dari tanjakan. Mengendalikan diri saat turun jauh lebih berisiko daripada bersemangat untuk menanjak,” ungkap sang ayah yang juga diiringi anggukan anaknya.
**
Perjalanan hidup ini memiliki dua siklus: naik dan turun. Kita memang butuh energi banyak untuk mengejar cita-cita. Meski melelahkan, tapi sedikit risiko ‘kejatuhan’.
Namun ketika puncak cita-cita yang sudah diraih kembali akan dilepaskan, karena usia, karena selesai masa tugas; di situlah risiko ‘kejatuhan’ siap menanti.
Jika tidak pandai-pandai mengerem nafsu duniawi, perjalanan menurun bisa menjerumuskan.
Tak banyak orang yang menyadari, kapan saatnya tetap ngegas dan kapan mulai mengerem. Siapa pun kita, pada saatnya, memang harus mengerem agar bisa selamat di saat turun. [Mh]