JIKA tak ada lagi rasa malu, lakukan apa saja yang kalian suka. (HR. Bukhari)
Mungkin kita pernah mendengar lagu pop yang kira-kira bunyinya seperti ini: jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia…., dan seterusnya.
Lagu itu disuarakan oleh seorang wanita. Mungkin hanya pencipta lagu dan Allah yang tahu maksud dari lagu itu. Kalau yang lainnya hanya bisa mengira-ngira.
Seorang wanita tentu memiliki rasa malu. Dan malu bagi seorang wanita merupakan perhiasan yang paling indah dan menawan.
Nabi mengajarkan, jika seorang gadis terdiam ketika ditanya apakah ia setuju dengan calon suami yang dijodohkan, maka itu artinya setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam begitu apresiasi rasa malu yang dimiliki seorang wanita. Karena dari rasa malu itu pula menunjukkan kualitas keimanan dan keislamannya.
Lalu, bagaimana jika ada wanita yang begitu “obral” siap menjadi yang kedua, seperti dari isi lagu yang ngetop itu?
Di sinilah masalahnya. Boleh jadi, ada yang salah dalam pola asuh lingkungan muslimah. Mungkin karena pengaruh-pengaruh luar Islam yang terus-menerus menggempur lingkungan muslimah.
Bisa dari lagu-lagu seperti tadi. Bisa dari film-film, dari media massa, dan lainnya. Bisa juga dari lingkungan pergaulan.
Jangan heran jika saat ini ada bocah “ingusan” yang masih SMP bahkan SD sudah begitu nyamannya jalan berduaan dengan pacar. Di manakah rasa malu itu?
Jangan salah, Nabi mengajarkan bahwa rasa malu merupakan sebagian dari iman (HR. Muslim). Artinya, jika tak ada lagi rasa malu, imannya hampir terkikis habis.
Jadi, hati-hati mengambil lingkungan pergaulan. Hati-hati pula menikmati tontonan, termasuk juga lagu. Karena tanpa disadari kita sedang digiring untuk mengikis rasa malu, pelan tapi pasti. [Mh]