SENYUM fakir miskin itu mahal, karena keadaan membuat mereka sulit tersenyum. Bantu mereka menemukan senyum melalui sedekah.
Menjelang Hari Raya, fakir miskin, yatim, dan mustahik lain mungkin pasrah. Antara yang ada di kantong dengan yang harus dibeli terasa begitu jauh.
Mungkin kita jarang memikirkan, apa yang mereka rasakan ketika seseorang memberi mereka sedekah?
Secara umum, kita bisa menjawab, ya bahagialah. Senang. Tapi, bagaimana bahagia dan senangnya?
Rasanya, jarang yang bisa memberi mereka sedekah dengan jumlah di atas sejuta. Mungkin saja ada yang ngasih di atas setengah juta, tapi rasanya juga jarang.
Apakah mereka kecewa? Sama sekali tidak. Mereka memang senang dan bahagia.
Dengan kata lain, jumlah uang boleh jadi bukan hal utama yang membuat mereka bisa tersenyum. Mereka tetap bisa tersenyum meski dapat uang ‘sekadarnya’ adalah karena faktor lain. Bukan soal jumlah.
Bayangkan orang yang sangat kehausan. Apa yang mereka inginkan? Minum. Mereka tidak pernah memilih apakah minumnya dengan soda, jus, es sirop, atau lainnya. Yang mereka bayangkan hanya air pelepas dahaga.
Sedekah, sekecil apa pun besarannya, adalah pelepas dahaga mereka. Karena yang dibutuhkan fakir miskin dan yatim adalah kebutuhan dasar mereka.
Tapi bukan berarti kita tak boleh ngasih banyak. Ini hanya sekadar menyimak sudut pandang mereka yang sedang membutuhkan.
Sedekah merupakan bahan bakar semangat hidup mereka. Sebesar apa pun yang mereka terima. Mereka merasa tidak sendirian. Mereka merasa punya saudara karena iman dan Islam. Dorongan atau semangat itulah yang paling mahal buat mereka.
Dan zakat fitrah merupakan wujud minimal dari sedekah. Setidaknya, mereka masih punya makanan pokok untuk menyambut Hari Raya. Minimal, ada yang bisa mereka masak. Ada yang bisa mereka makan.
Mayoritas ulama bersepakat bahwa zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk makanan pokok. Kecuali mazhab Hanafi yang boleh dengan uang. Menariknya, mazhab ini memiliki standar minimal zakat fitrah yang lebih besar dari lainnya. Yaitu, 3,8 kilogram makanan pokok, atau uang yang setara dengan nilai itu.
Jika harga per kilogram beras 15 ribu, maka nilai uang yang dibayarkan sekitar 60 ribu rupiah. Jadi, pengalinya 3,8 kilogram, bukan 2,5 kilogram. Tentu patokan ini ada dalil dan hikmahnya.
Semua itu demi untuk senyum mereka di Hari Raya. Sebuah senyum yang kian menjadikan Hari Raya menjadi sangat bermakna.
Yuk, bantu saudara-saudara kita untuk mendapatkan senyum. Semoga dengan senyum sederhana mereka di Hari Raya, Allah balaskan beribu kali senyum untuk kita. [Mh]