BALASLAH kebaikan dengan yang lebih baik, Allah akan mencintai kita. Dan balaslah keburukan dengan kebaikan, orang akan mencintai kita.
Suatu kali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berobat dengan berbekam. Sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan sang terapis, Nabi pun memberikan upah sebesar satu dinar.
Berapakah nilai satu dinar saat ini? Satu dinar senilai dengan 4,25 gram emas. Saat ini, satu gram emas senilai dengan 1.100.000 rupiah. Dengan begitu, nilai dari satu dinar sama dengan 4.675.000 rupiah.
Sebuah angka yang fantastis untuk upah seorang terapis bekam. Padahal, umumnya upah untuk terapis bekam mungkin paling mahal 300 ribu rupiah. Bayangkan jika diberikan upah 4 juta rupiah, seperti apa reaksi sang terapis.
Kadang, terjadi perdebatan sengit antara sopir angkot dengan penumpang yang bayar. Dan terpaksa sang sopir menerima dengan rasa kesal. Hal serupa juga terjadi pada tukang ojek pengkolan, tukang sayur yang ditawar habis-habisan oleh pembelinya, dan seterusnya.
Padahal jika ditelisik, kelebihan pembayaran yang tidak seberapa akan membangun rasa hormat pada konsumen. Bayangkan jika konsumennya berjilbab, sosok muslimah berjilbab umumnya juga akan dapat hormat.
Bisa diperhatikan bagaimana tukang parkir pinggir jalan memperlakukan konsumennya saat membayar. Jika diberikan dua ribu, ia akan bilang terima kasih saja. Jika diberikan lima ribu, ia akan bilang ‘terima kasih, Om/Tante.’ Jika diberikan sepuluh ribu, ia akan bilang, ‘terima kasih, bos.’
Dalam hal-hal yang sepele tadi, kenapa tidak diniatkan kelebihan pembayarannya sebagai sedekah untuk dhuafa. Maka kita akan memperoleh keuntungan ganda: pahala dari Allah dan respek dari mereka.
Respek dari para relasi sehari-hari kita itu: tukang parkir, tukang sayur, kurir, tukang sampah, dan lainnya; selain meningkatkan pelayanan mereka kepada kita, juga bisa menjadi doa balasan kebaikan untuk kita.
Jadi, tidak ada yang rugi dari balasan terbaik kita untuk mereka. Dan doa dari rasa senang mereka terhadap kita akan menjadi wasilah penggantian nilai dari Allah subhanahu wata’ala. Selain pahala, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
Begitu pun ketika tetangga atau sanak kerabat yang memberikan kita hadiah. Balaslah kebaikan itu dengan yang lebih baik. Jangan dianggap sebagai hal yang alamiah saja.
Dalam hal ini, selain kita juga melakukan fastabiqul khairat dengan tetangga atau kerabat, kita juga mengajarkan kebiasaan baik untuk saling berbalas hadiah.
Tak ada kata hilang dan rugi dalam sedekah dan kebaikan. Karena, ada Yang Maha Kaya yang siap mengganti apa yang kita berikan. Tentu dengan nilai yang jauh lebih baik. [Mh]