“Saya ingin mengajak orang lain untuk membantu usaha. Saya punya usaha Rumah Belajar. Tapi usaha ini belum besar, belum menghasilkan banyak keuntungan. Saya mengerjakan sendiri semuanya. Bagaimana saya bisa merekrut orang untuk membantu saya, agar lebih punya waktu untuk keluarga, sedangkan dana untuk memberi gaji tidak ada?”
Demikian pertanyaan seorang ibu peserta seminar Wanita Berdaya, Keluarga Sejahtera, yang diadakan oleh departemen ekonomi Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah (PW Salimah) Jakarta pada Ahad, 28 Juli 2024 di The H Tower, Jl. Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Rendy Saputra sebagai narasumber seminar, balik bertanya kepada para peserta: apa bedanya dakwah terencana dengan dakwah yang tidak terencana? Sama-sama mengadakan pengajian. Tapi bagi seorang dai yang memiliki rencana, ia akan mengajak jemaahnya untuk melakukan sesuatu bersama.
“Setelah ini jemaah akan aku mentoring, akan aku tarbiyah, setelah ini akan aku gerakkan menjadi penggerak, akan aku buka kesempatan menjadi relawan,” ujar Rendy memberi contoh.
” Yang lain juga melakukan kajian, tapi tidak ada kelanjutan. Hanya ceramah, hanya membangun ketokohan, sudah puas bila memiliki massa yang banyak. Tidak ada pengkaderan.”
“Milikilah suatu rencana walaupun saat ini belum bisa berbuat banyak. Itu akan merubah sikap kita. Ketika kita berpikir untuk melakukan hal yang lebih besar dan keluar dari kesibukan rutinitas mengajar, maka kita bisa mengajari keponakan misalnya, untuk jadi seorang pengajar,” ungkapnya.
Kita harus mulai percaya kepada orang lain, harus mulai berlatih untuk bisa mendelegasikan. Harus mulai bicara ke pasangan perihal pendelegasian tugas ini, agar suami juga punya bayangan bagaimana nanti.
Jadi semuanya terencana. Mulai belajar membangun sistem. Itu yang membedakan orang yang memiliki rencana dengan orang yang tidak memiliki rencana. Itu akan membedakan kita dengan orang lain.
“Its okey start from zero. Nggak papa dari nol dalam bisnis, tapi milikilah visi yang jauh ke depan. Jangan puas dengan hanya mengajar. Jangan puas hanya dikenal di lingkungan terdekat,” sulut Rendy lagi.
“Buat group WA, ini jemaah mau diapain, arahkan, himpun dana, bikin kegiatan sosial, bikin rumah Qur’an kalau belum bisa bikin pondok pesantren. Tunjukkan konsisten. Bila punya value, sumber daya akan datang.”
Jadilah komando suatu saat nanti. Harus istiqomah, terus belajar, dan jangan baperan (terbawa perasaan). Tidak semua orang suka dengan apa yang kita lakukan. Tapi tetaplah bergerak, miliki rencana besar. Ingat kisah nabi SAW ketika memecah batu di perang Khandak. [Mh/Emy, Salimah]