KELUARGA sebagai institusi terkecil dalam suatu negara, harus memiliki visi yang benar. Setiap keluarga harus memiliki perencanaan mengenai aspek nilai-nilai agama, pengetahuan, ekonomi, dan sebagainya.
Karena itulah Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah (PW Salimah) Jakarta, merasa penting untuk menghadiri undangan dari Badan Musyawarah Islam Wanita Indonesia (BMIWI), yang menggelar acara Sosialisasi dan KIE Programan Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja, pada Kamis (19/9), bertempat di aula komplek DPR, Kalibata, Jakarta Selatan.
Kegiatan diikuti oleh 200-an peserta dari 35 organisasi muslimah anggota BMIWI. Dengan mengandeng Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), acara dibuka oleh Nurul Hidayati,SS,MBA, selaku Ketua BMIWI, yang menyampaikan komitmen dan keperdulian BMIWI mengenai isu terhadap keluarga.
Turut hadir utusan dari Komisi IX DPR RI, Netty Prasetyani Heriawan, mengulas bagaimana pentingnya setiap keluarga harus memiliki daya imunitas ketahanan berupa ketahanan pengasuhan, emosional, dan komunikasi.
“Jangan sampai anak-anak yang kita lahirkan dalam keadaan baik, berubah gendernya ketika dewasa, karena kita tidak memiliki ketahanan pengasuhan yang semestinya,” ujar Netty.
Demikian juga bila di rumah ada lansia, perlu ketahanan emosional dan komunikasi dalam merawatnya. Saat ini Sekolah Lansia sangat diminati. Ada tujuh sekolah lansia di Jakarta dengan kurikulum dari BKKBN.
Dengan jargon “Go Lantang” (Go Lansia Tangguh), Bina Keluarga Lansia (BKL) BKKBN , memberikan pelatihan kepada keluarga tentang bagaimana mendampingi lansia untuk jangka panjang.
Adapun Darwoto, selaku Kepala Suku Dinas BKKBN Jakarta Selatan, menceritakan tentang sejarah Keluarga Berencana (KB), lalu disambung dengan penjelasan jenis-jenis alat kontrasepsi.
“Dulu BKKBN membuat tagline KB itu dengan ‘Dua Anak Cukup’, lalu diubah menjadi ‘Dua Anak Lebih Baik’, dan sekarang diubah lagi menjadi ‘ Dua Anak Lebih Sehat’,” papar Darwoto.
BKKBN sangat senang bisa mensosialisasikan Bangga Kencana, yaitu Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana, di hadapan ibu-ibu pengurus dari berbagai organisasi. Diharapkan semua peserta bisa menyampaikan kembali wawasan yang didapat kepada anggota organisasi, keluarga, dan lingkungan.
Sementara itu, Ade Anwar, petugas dari BKKBN, menyampaikan terkait pernikahan dan kelahiran.
“Di BKKBN ada angka sakral, yaitu 2125. Angka 21 adalah minimal usia ideal seorang perempuan untuk menikah, dan angka 25 untuk pria,” jelas Ade.
BKKBN juga menggalakkan “Jangan 3T”, yaitu jangan terlalu muda, jangan terlalu tua (untuk kehamilan), dan jangan terlalu dekat (untuk jarak kelahiran).
Lebih lanjut dipaparkan mengenai Kepres no.72 tentang percepatan penurunan stunting (kekurangan asupan gizi). Ada tiga sasaran utama tujuan penanganan penurunan stunting tersebut, yaitu remaja calon pengantin, ibu hamil, dan anak usia di bawah dua tahun.
“BKKBN sangat mendukung pembangunan dan tumbuh kembang keluarga. Salah satunya adalah dengan pencegahan stunting sedini mungkin,” kata Ade.
Lebih lanjut, Ade menguraikan cara untuk mencegah stunting. Mengawasi tumbuh kembang anak, menciptakan hubungan yang baik penuh kasih sayang antar orang tua, memberikan pola asuh yang baik, memastikan anak mendapat asupan makan yang cukup dan bergizi, serta membiasakan perilaku hidup sehat dan bersih, adalah upaya yang harus dijalani setiap keluarga. Stunting hilang, masa depan cemerlang. [Mh/Emy, Salimah]