ChanelMuslim.com – Sikap Saad Saat Terjadi Fitnah Besar Di Tengah Umat Islam
Sa’ad mencapai usia lanjut dan tibalah saat terjadinya fitnah besar dan Sa’ad tak hendak mencampurinya, bahkan keluarga dan putera-puteranya dipesankan agar tidak menyampaikan suatu berita pun mengenai hal itu kepadanya.
Pada suatu ketika perhatian orang sama-sama tertuju kepadanya dan anak saudaranya yang bernama Hasyim bin ‘Utbah bin Abi Waqqash datang mendapatkannya, seraya berkata: “Paman, disini telah siap seratus ribu bilah pedang, yang menganggap bahwa pamanlah yang lebih berhak mengenai urusan khilafah ini!”
Baca Juga: Saad bin Abi Waqqash yang Dipercaya Umar bin Khattab
Sikap Saad Saat Terjadi Fitnah Besar Di Tengah Umat Islam
Sa’ad menjawab, “Dari seratus ribu bilah itu saya inginkan sebilah pedang saja, jika saya tebaskan kepada orang Mukmin maka takkan mempan sedikitpun juga, tetapi bila saya pancungkan kepada orang kafir pastilah putus batang lehernya!”
Mendengar jawaban itu anak saudaranya maklum akan maksudnya dan membiarkannya dalam sikap damai dan tak hendak bercampur tangan.
Dan tatkala akhirnya khilafah itu jatuh ke tangan Mu’awiyah dan kendali kekuasaan tergenggam dalam tangannya, ditanyakan kepada Sa’ad.
“Kenapa anda tidak ikut berperang di pihak kami?”
Jawabnya, “Saya sedang lewat disuatu tempat yang dilanda taufan berkabut gelap. Maka kataku: Hai saudaraku… hai saudaraku! Lalu saya hentikan kendaraan menunggu jalan terang kembali.”
Kata Mu’awiyah: “Bukankah dalam al-Quran tak ada: Hai saudara… Hai Saudara! Hanya firman Allah ta’ala:
‘Jika di antara orang-orang Mukmin ada dua golongan yang berbunuhan, maka damaikanlah mereka! Seandainya salah satu di antara dua golongan itu berbuat aniaya kepada yang lain, maka perangilah yang berbuat aniaya itu sampai mereka kembali kepada perintah Allah.’ (Q.S. Al-Hujurat: 9)
Maka anda bukanlah di pihak yang aniaya terhadap pihak yang benar, dan bukan pula di pihak yang benar terhadap golongan yang aniaya!”
Sa’ad menjawab sebagai berikut:
“Saya tak hendak memerangi seorang laki-laki (maksudnya Ali), yang mengenai dirinya Rasulullah pernah bersabdah:
“Engkau di sampingku, tak ubahnya seperti kedudukan Harun di samping Musa, tetapi (engkau bukan Nabi) tak ada lagi Nabi sesudahku!” [Ln]