ARTIKEL ini terusan dari artikel lamanya adam tinggal di surga.Para ulama mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan kalimat pada firman Allah, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya.
Sungguh, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 37), adalah doa yang dipanjatkan oleh Adam, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A’raf: 23).
Baca juga: Tempat pendaratan Nabi Adam
Lamanya Adam tinggal di Surga (2)
Para ulama itu antara lain; Mujahid, Said bin Jubair, Abul Aliyah, Rabi’ bin Anas, Hasan, Qatadah, Muhammad bin Kaab, Khalid bin Ma’dan, Atha Al-Khurasani, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.
Pendapat berbeda diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ali bin Husein bin Asykab, dari Ali bin Ashim, dari Said bin Abi Arubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubay bin Kaab, ia berkata, “Rasulullah pernah bersabda, “Nabi Adam berkata: Ya Tuhanku, bagaimanakah sekiranya jika aku bertaubat dan memohon ampunan-Mu, apakah mungkin aku dapat kembali ke surga?” Allah menjawab: “Ya.” Kalimat itulah yang dimaksud pada firman Allah, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya.”
Namun hadits ini gharib dengan sanad seperti itu, dan sanadnya pun terdapat inqitha (terputus/ada perawi yang tidak disebutkan).
Sedang Ibnu Abi Najih meriwayatkan, dari Mujahid, ia berkata, “Kalimat yang dimaksud adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Adam, yaitu, “Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Mahasuci lagi Maha Terpuji. Ya Tuhanku, aku telah berbuat zhalim terhadap diriku sendiri, maka ampunilah aku, karena Engkau adalah sebaik-baik pengampun.
Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Mahasuci lagi Maha Terpuji. Ya Tuhanku, aku telah berbuat zhalim terhadap diriku sendiri, maka ampunilah aku, karena Engkau adalah sebaik-baik pengasih. Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Mahasuci lagi Maha Terpuji. Ya Tuhanku, aku telah berbuat zhalim terhadap diriku sendiri, maka terimalah taubatku, karena Engkau adalah penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Hakim dalam Kitab Al-Mustadraknya meriwayatkan, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya,” ia berkata, Kalimat yang dimaksud adalah ketika Adam mengatakan, “Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menciptakan aku langsung dengan Tangan-Mu?” Allah menjawab, “Benar.” Adam melanjutkan, “Bukankah Engkau juga telah meniupkan kepadaku roh ciptaan-Mu?” Allah menjawab, “Benar.” Adam melanjutkan, “Bukankah ketika aku bersin lalu Engkau katakan, Allah merahmatimu. Dan rahmat- Mu itu lebih didahulukan daripada murka-Mu?” Allah menjawab, “Benar.”
Adam melanjutkan, “Bukankah Engkau telah menuliskan takdirku untuk berbuat hal ini?” Allah menjawab, “Benar.” Lalu Adam berkata: “Bagaimanakah sekiranya jika aku bertaubat dan memohon ampunan-Mu, apakah mungkin aku dapat kembali ke surga?” Allah menjawab, “Ya.”
Lalu Hakim mengatakan, bahwa sanad atsar ini shahih menurut syarat-syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), namun mereka tidak meriwayatkannya dengan sanad ini.
Diriwayatkan pula, oleh Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Asakir, dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Umar bin Khaththab, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda, “Setelah Adam melakukan dosa itu, ia berkata, “Ya Tuhanku, atas diri Muhammad aku memohon kepada-Mu agar Engkau dapat memaafkanku.” Lalu Allah mengatakan, “Bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya.”
Adam menjawab, “Ya Tuhanku, itu karena ketika Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan kepadaku roh ciptaan-Mu, aku mengangkat kepadaku dan melihat di dinding Arsy terdapat tulisan “laa ilaaha illallah muhammadur rasuulullah’ (tidak ada ilah melainkan Allah, Muhammad utusan Allah), dan aku tahu bahwa tidak mungkin Engkau menyandingkan sesuatu pada asma-Mu kecuali ia adalah makhluk yang paling dicintai oleh-Mu.” Lalu Allah berkata, “Memang benar demikian wahai Adam, bagi-Ku ia adalah makhluk yang paling tercinta, apabila engkau memohon kepadaku atas diri Muhammad maka aku akan mengampunimu, karena kalau tidak karena Muhammad, aku tidak menciptakanmu.”
Imam Baihaqi mengatakan, “Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, salah satu perawi hadits ini hanya disebutkan satu kali pada sanad ini saja, dan ia adalah perawi yang lemah.” Wallahu a’lam.
Dan, ayat tadi sama seperti firman Allah, “Dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia. Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 121-122).