ChanelMuslim.com – Ada sebuah kisah dari Imam Bakr al-Muzani dalam memandang orang lain yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran. Dengan meneladani kisah Imam Bakr ini, diharapkan kita bisa dijauhkan dari rasa sombong dan merasa mulia dari orang lain.
Baca Juga: Kisah Para Nabi Karya Ibnu Katsir, Ulama Tafsir Ternama
Mengenal Imam Bakr
Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat sebuah riwayat tentang nasihat atau ucapan Imam Bakr al-Muzani. Berikut riwayatnya
Abdullah menceritakan kepada kami, ia berkata: aku menceritakan dari Sayyar, Yusuf bin ‘Athiyyah bercerita, Ibrahim bin ‘Isa al-Yasykuriy bercerita kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Bakr bin Abdullah al-Muzanni mengatakan:
“Sesungguhnya aku (saat) keluar rumah, tidak bertemu seorang pun kecuali aku menganggap (kedudukan)nya (lebih) utama dariku. Sebab aku sangat yakin (tahu betul) tentang (siapa) diriku. Adapun (pengetahuanku tentang) orang (lain dipenuhi dengan) keragu-raguan.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 218)
Dilansir Islam.nu.or.id, sebuah tulisan yang ditulis oleh Muhammad Afiq Zahara, alumni PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen Ahad, (12/2/21), dijelaskan bahwa Imam Bakr bin Abdullah al-Muzanni (w. 106/108 H) adalah seorang ulama besar dari kalangan tabi’in.
Beliau banyak meriwayatkan hadits dari para sahabat nabi, seperti Mughirah bin Syu’bah (w. 50 H), Abdullah bin ‘Abbas (w. 68 H), Abdullah bin ‘Umar (w. 73 H), Anas bin Malik (w. 93 H), dan lain sebagainya.
Ia juga memiliki banyak murid, di antaranya adalah Sulaiman at-Taimi (w. 143 H), Habib al-‘Ajami (w. 120an H), Hamid at-Thawil (w. 142/143 H), Qatadah (w. 118 H), Ghalib al-Qathhan, ‘Ashim al-Ahwal (w. 142 H) dan lain sebagainya (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2001, juz 4, h. 533).
Baca Juga: Kisah Maisarah Menceritakan Akhlak Nabi Muhammad (2)
Ahli Fiqih dan Hadits
Menurut para ulama, Imam Bakr al-Muzanni adalah ahli fiqih dan ahli hadits yang mumpuni. Imam an-Nasai, Ibnu Ma’in, dan Abu Zur’ah tidak meragukan ke-tsiqqah-annya.
Imam Ibnu Sa’d menggambarkan kepakarannya dengan mengatakan, “Bakr al-Muzanni adalah (seorang ) tsiqqah (terpercaya), tsabit (terbukti kepakaran/ketsiqahannya), banyak (menghafal dan meriwayatkan) hadits, ahli argumentasi, (dan) ahli fiqih” (Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, Kairo: Dar al-Kitab al-Islamiy, 1993, juz 1, h. 484)
Dalam riwayat di atas, Imam Bakr al-Muzanni mengambil jarak penilaian antara dirinya dan orang selainnya. Ia melatih dirinya untuk selalu memandang orang lain dengan rasa hormat.
Siapa pun yang ia temui, ia akan menganggapnya lebih mulia dan utama.
Sahabat Muslim, dari kisah Imam Bakr ini, semoga kita bisa meneladaninya agar dijauhkan dari rasa sombong atau tinggi hati. [Cms]