KISAH kedermawanan Abdullah Ibn Umar dapat menjadi inspirasi untuk kita semua. Bagaimana mungkin Ibn Umar dikatakan tak berhasrat pada dunia, sedang ia pedagang yang sukses?
Sebagai pedagang, ia berpenghasilan banyak karena kejujurannya berniaga.
Selain itu ia menerima gaji dari Baitul Maal. Tunjangan yang diperolehnya tak sedikitpun disimpan untuk dirinya sendiri, tetapi dibagi-bagikannya kepada fakir miskin.
Baca Juga: Dermawannya Umar bin Khattab
Kisah Kedermawanan Abdullah Ibn Umar
Berdagang buat Ibn Umar hanya sebuah jalan memutar rezeki Allah di antara hamba-hambanya.
Suatu Ibn Umar menerima uang sebanyak 4.000 dirham dan sehelai baju dingin. Sehari kemudian, periwayat yang bernama Ayub ibn Wail Ar-Rasibi melihat Ibn Umar sedang membeli makanan untuk hewan tunggangannya dengan berutang.
Maka Ayub ibn Wail ini mencari tahu kepada keluarganya.
Bukankah Abu Abdurrahman (maksudnya Ibn Umar) menerima kiriman empat ribu dirham dan sehelai baju dingin?
Mengapa dia berutang untuk membeli pakan hewan tunggangannya?
“Tidak sampai malam hari, uang itu telah habis dibagikannya. Mengenai baju dingin itu, mula-mula dipakainya, lalu ia pergi keluar, saat kembali ia sudah tak lagi memakai baju dingin itu.
Ketika kami tanya ke mana baju dingin itu, Ibn Umar bilang sudah diberikannya kepada seorang miskin,” demikian jawab keluarga Ibn Umar.
Segera saja Ayub ibn Wail bergegas menuju pasar. Ia berdiri di tempat yang agak tinggi dan berteriak.
“Hai kaum pedagang, apa yang tuan-tuan lakukan terhadap dunia. Lihatlah Ibn Umar, datang kiriman kepadanya sebanyak empat ribu dirham, lalu dibagi-bagikannya hingga esok pagi ia membelikan hewan tunggangannya makanan secara berutang.”
Kedermawanan Ibn Umar antara lain juga ditunjukkan dengan sikap hanya memberi mereka yang fakir miskin.
Ia pun jarang makan sendirian. Anak-anak yatim atau golongan melarat kerap diajaknya makan bersama-sama.
Ia pernah menyalahkan anak-anaknya sendiri lantaran mengundang jamuan makan untuk kalangan hartawan.
“Kalian mengundang orang-orang yang dalam kekenyangan, dan kalian biarkan orang-orang kelaparan.”
Sang dermawan memang bukan mencari nama dengan kedermawanannya.
Dalam kesehariannya, kaum dhuafa akrab dengan Ibn Umar. Sifat santunnya, terutama kepada fakir miskin, bukan basa-basi.
Orang-orang fakir dan miskin sudah duduk menunggu di tepi jalan yang diduga bakal dilewati Ibn Umar, dengan harapan mereka akan terlihat oleh Ibn Umar dan diajak ke rumahnya. [Cms]
Sumber : : http://www.islam2u.net