ChanelMuslim.com – Akhir kisah kejayaan umat Islam di Andalusia makin dekat ketika Raja Ferdinand II dari Aragon menikah dengan Putri Isabella dari Castile.
Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia. Mereka berdua merajut cita-cita yang satu, yaitu menaklukkan Granada serta menghapus jejak-jejak Islam dari benua biru untuk selama-lamanya.
Baca Juga: Akhir Kisah Kejayaan Umat Islam di Andalusia (1)
Pemberontakan Anak Sultan Granada
Tahun 1482, pertempuran antara Kerajaan Kristen Castile & Aragon melawan Emirat Granada pun dimulai.
Sejak perang dimulai, pasukan gabungan Kristen berhasil merebut Alhama, sebuah wilayah pesisir kerajaan Granada. Sejak serangan pertama ke Alhama, perang Granada terus berlangsung hingga keruntuhan kerajaan Granada.
Meskipun secara jumlah dan kekuatan Kerajaan Granada kalah jauh, tetapi semangat juang masyarakat Muslim Granada sangatlah besar dan mereka berperang dengan penuh keberanian.
Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang Muslim mencurahkan seluruh jiwa raga mereka dalam peperangan, mereka layaknya seorang pemberani dengan tekad yang kuat dalam mempertahankan Negeri-nya, dan melindung diri mereka, istri, dan anak-anak mereka.”
Demikian juga masyarakat sipil Granada, mereka turut ikut serta dalam peperangan, dengan gagah berani mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa.
Pada saat itu, orang-orang Kristen sudah bersatu padu dan tidak lagi terpecah belah sebagaimana keadaan mereka di masa lalu.
Beda halnya dengan Granada yang justru menghadapi pergolakan politik. Para pemimpin Muslim dan para gubernur cenderung saling sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda dan berusaha saling melengserkan satu sama lain.
Di antara mereka ada yang berperan sebagai mata-mata Kerajaan Kristen dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan.
Pada tahun 1483, anak dari Sultan Granada Ali Abu Hasan yaitu Muhammad (Boabdil), mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sendiri hingga memicu terjadinya perang sipil.
Raja Ferdinand yang mengetahui hal ini benar-benar memanfaatkannya untuk membuat Granada kian lemah dengan mendukung pemberontakan Sultan Muhammad (Boabdil) untuk melawan ayah dan anggota keluarganya.
Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand untuk membantu dan berperang bersama Sultan Muhammad (Boabdil) dalam menghadapi Ayah dan anggota keluarganya. Hingga Akhirnya Sultan Muhammad (Boabdil) berhasil menaklukkan anggota kerajaan dan menguasai Kota Granada.
Baca Juga: Kisah Habib Rizieq tentang Upaya Penggagalan di Jam-jam Terakhir Kepulangannya
Akhir Kisah Kejayaan Umat Islam Berakhir dengan Perjanjian
Sultan Muhammad (Boabdil) resmi menjadi penguasa baru Kerajaan Granada, tetapi kekuasaan Sultan Muhammad (Boabdil) hanya terbatas di dalam wilayah Kota Granada saja karena pasukan Kristen Kerajaan Castile & Aragon terus menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaan disekitar Kota Granada.
Setelah Sultan Muhammad (Boabdil) menguasai Granada, dirinya mendapatkan sepucuk surat dari Raja Ferdinand untuk menyerahkan Kota Granada kepada dirinya.
Sang sultan pun terkejut dengan permintaan Raja Ferdinand karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah Granada kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.
.
Pada akhirnya Sultan Muhammad (Boabdil) sadar bahwa ia telah dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand untuk melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen dalam menaklukkan Kota Granada.
Pada bulan April tahun 1491, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mulai mengerahkan puluhan ribu pasukannya untuk melancarkan serangan umum ke jantung kekuasaan Kerajaan Granada yang terletak di Istana Al-Hambra.
Beberapa laporan sejarah menyebutkan, bahwa sebelum melakukan penyerangan, Ferdinand dan Isabella sebenarnya sudah memerintahkan Sultan Muhammad (Boabdil) untuk menyerahkan Granada tanpa syarat.
Namun, hal ini ditolak mentah-mentah oleh Sultan Muhammad (Boabdil). Ia lebih memilih untuk mempertahankan Granada dengan mengerahkan pasukannya yang tersisa untuk melawan pasukan gabungan Kerajaan Kristen.
Setelah Kerajaan Castile & Aragon melakukan pengepungan terhadap Kota Granada selama 8 bulan, pada akhirnya Sultan Muhammad (Boabdil) menyatakan menyerah dan mengajukan perjanjian damai kepada Raja Ferdinand dan dan Ratu Isabella.
Permohonan damai ini disetujui oleh pemimpin tertinggi politik umat Katholik tersebut. Dalam isi perjanjian tersebut dinyatakan bahwa Sultan Muhammad (Boabdil) bersama keluarganya serta kaum Muslim Granada diwajibkan untuk meninggalkan Kota Granada selambat-lambatnya dua bulan setelah perjanjian tersebut ditandatangani. [Cms]