UJIAN kemenangan dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Kaum Kafir Quraisy di bawah komando Abu Jahal meyakini bahwa mereka akan dengan mudah menggulung kekuatan kaum Muslimin di lembah Badar, karena di atas kertas mereka dengan bataliyon 1000 personil, lengkap dengan infantri artileri dan kavelerinya, dan dengan kekuatan penuh logistiknya, mereka merasa akan sangat mudah memenangkan peperangan, terlebih kaum Muslimin hanya terdiri dari 313 personil, dengan logistik yang sangat terbatas.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan kemenangan gilang gemilang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin, kaum Kafir Quriasy tercengang dan sangat terpukul dengan kekalahannya tersebut, mereka dilanda kerugian harta dan jiwa yang sangat besar, mereka tak sanggup lagi membawanya ke Mekkah, semua menjadi ghanimahnya kaum Muslimin.
Pukulan telak kaum Muslimin terhadap kaum kafir Quraisy Mekkah pada perang Badar, diistilahkan oleh Syeikh Hasan Ali An Nadwy dengan:
ضربة عسكرية اقتصادية
“Pukulan telak secara militer dan ekonomi.”
Takdir kemenangan diraih tentunya atas ijin Allah, jumlah personil yang banyak dan logistik yang berlimpah bukanlah satu satunya penyebab kemenangan, penyebab utama kemenangan adalah soliditas barisan, kekuatan moral sepiritual dan kemampuan taktis dan strategi, dan pertolongan Allah juga menjadi bagian yang penting dalam meraih kemenangan, sebagaimana Allah berfirman:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
كَم مِّن فِئَةࣲ قَلِیلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةࣰ كَثِیرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ
“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” (QS. Al Baqarah: 249).
Namun peperangan tidak berhenti saat kemenangan diraih, justru peperangan dalam dimensi lain akan terjadi, yaitu perang kepentingan dan saling mengklaim atas jasa dan kontribusi kemenangan.
Jika pada saat berjuang jiwa jiwa begitu kuat patriotiknya dan begitu tampak kepeloporannya dalam soliditas barisan dan komando, justru seringnkali berubah menjadi jiwa jiwa yang lemah karena saling berambisi berebut kepentingan dan pragmatisme sesaat, sebagaimana sebuah maqolah mengatakan:
اذا اقتربت الحركة الى مرامها #
فتنافست النفوس الى غنائمها
# Jika perjuangan telah mendekati kemenangannnya maka berlomba lomba lah setiap orang untuk mendapatkan ghanimahnya.
Hal ini pulalah yang menimpa para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pasca kemenangan perang Badar, sebagaimana diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘Anhu, Ia berkata:
فِينَا -أصحاب بدر- نَزَلَتْ، حِينَ اخْتَلَفْنَا فِي النَّفَلِ، وَسَاءَتْ فِيهِ أَخْلَاقُنَا، فَانْتَزَعَهُ اللَّهُ مِنْ أَيْدِينَا، وَجَعَلَهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَقَسَمَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ
عَنْ سَوَاءٍ
(Ayat Al Quran) turun kepada kami para pejuang Badar, saat kami berselisih dalam hal harta rampasan perang, saat itu alangkah buruknya akhlak kami, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambilnya dari tangan tangan kami, dan diserahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu beliau membagi baginya dengan adil dan proporsional.
Ujian Kemenangan (1)
Para sahabat adalah kumpulan manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan dan kealpaan, kepentingan individu dan kelompok bisa saja terjadi.
Ada tiga kelompok yang saling mengkalim bahwa merekalah yang paling berhak terhadap rampasan perang.
Kelompok pertama, para sahabat yang mengumpulkan, menghimpun dan mengamankan harta rampasan, mereka berkata:
نَحْنُ حَوَيْنَاهَا، فَلَيْسَ لِأَحَدٍ فِيهَا نَصِيبٌ
“Kamilah yang yang menghimpunnya, tidak ada seorangpun yang berhak mendapat bagian.”
Kelompok kedua, para sahabat yang berada di garis depan sebagai ujung tombak menghalau musuh, mereka juga berkata:
لَسْتُمْ بِأَحَقَّ بِهِ مِنَّا، نَحْنُ مَنَعْنَا عَنْهَا الْعَدُوَّ وَهَزَمْنَاهُمْ
“Kalian tidak lebih berhak dari kami, kamilah yang mencegah musuh mengambil hartanya dan kamilah yang memukul mundur mereka.”
Kelompok ketiga, para sahabat yang berada di dekat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai perisai dan benteng hidup menjaga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari serangan musuh, mereka pun berkata:
لَسْتُمْ بِأَحَقَّ مِنَّا، نَحْنُ أَحْدَقْنَا بِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَخِفْنَا أَنْ يُصِيبَ الْعَدُوُّ مِنْهُ غِرَّةً، فَاشْتَغَلْنَا بِهِ
“Kalian juga tidak lebih berhak dari kami, kamilah yang berada di sekeliling Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena kami khawatir beliau diserang secara mendadak, sehingga kami sibuk siaga di dekatnya.”
Lalu turunlah ayat:
Baca juga: Kemenangan Itu Setelah Ujian
یَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَنفَالِۖ قُلِ ٱلۡأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصۡلِحُوا۟ ذَاتَ بَیۡنِكُمۡۖ وَأَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۤ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anfal: 1).
Kelebihan para sahabat dan keteladanan mereka adalah segera menerima arahan dari Allah dan Rasul-Nya terkait perkara yang mereka perselisihkan, dan merekapun menerima pembagian dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihu wa Sallam dengan penuh keridhaan.
Para sahabat telah lulus dalam proses perjuangan dan pasca kemenangan.[Sdz]