TUGAS manusia mencari makna kehidupan. Sebuah tulisan dari Djoko P. Abdullah ini dimulai dari kalimat being unto death, (makhluk yang akan mati). Demikian Martin Heidegger dalam salah satu cara mendefinisikan manusia.
Ya, begitu lahir, kapan pun manusia bisa mati. Maka, tugas manusia adalah mencari jawaban atas ‘absurditas’ ini, mencari makna kehidupan yang diteror oleh kematian setiap saat.
Namun, mati tidak mesti teror. Justru kesadaran tentang keterbatasan hidup, bisa menjadikan hidup sangat bermakna setiap detiknya.
Bagaimana caranya ? Mari kita simak kisah ini
Di zaman Nabi Musa Alaihis salam, ada sepasang suami istri yang hidup diliputi kemiskinan, namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran.
Suatu ketika, tatkala mereka beristirahat, sang istri bertanya kepada suaminya: Wahai suamiku, bukankah Musa adalah seorang Nabi yang bisa berbicara dengan Tuhannya?”
Lalu sang suami menjawab. “Ya, benar.”
Sang istri berkata lagi: “Kenapa kita tidak temui saja dia untuk mengadukan kondisi kita yang diliputi kemiskinan dan memintanya agar dia berbicara dengan Rabb-nya, agar Dia menganugerahkan kepada kita kekayaan?”
Akhirnya mereka mengadukan kemiskinannya itu kepada Nabi Musa alaihis salam.
Lalu Nabi Musa bermunajat menghadap Allah Subhanahu wataala dan menyampaikan kondisi keluarga tersebut.
Allah Subhanahu wataala pun berfirman kepada Musa:
“Wahai Musa, katakanlah kepada mereka, Aku akan memberikan kepada mereka kekayaan, tetapi kekayaan itu Aku berikan hanya satu tahun, dan setelah satu tahun, akan aku kembalikan mereka menjadi miskin kembali.”
Lalu Nabi Musa menyampaikan kepada mereka bahwasannya Allah telah mengabulkan permohonan mereka, dengan syarat kekayaan itu hanya satu tahun lamanya.
Mereka menerima kabar tersebut dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.
Beberapa hari kemudian datanglah rizqi yang melimpah dari tempat yang tidak disangka arahnya. Dan mereka pun menjadi orang terkaya pada saat itu.
Keadaan mereka pun berubah seiring kekayaan yang berlimpah.
Baca juga: Memahami Makna Kehidupan yang Penuh Perjuangan
Tugas Manusia Mencari Makna Kehidupan
Lalu sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai suamiku selama setahun ini kita akan memberi makan orang-orang miskin dan menyantuni anak- anak yatim, mumpung kita masih punya kesempatan, karena setelah setahun kita akan miskin kembali.”
Sang suami menjawab: “Baiklah, kita akan memanfaatkan kekayaan ini untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya.”
Kemudian mereka menunaikan janjinya dan membangun tempat-tempat singgah para musafir, serta menyediakan makan gratis bagi orang yang membutuhkan.
Setelah satu tahun berlalu, mereka masih tetap sibuk menyediakan makanan. Sampai mereka lupa bahwasannya sudah setahun lebih mereka menjadi orang kaya. Dan mereka lupa bahwa akan miskin kembali.
Nabi Musa pun heran melihat keadaan mereka yang tetap kaya. Kemudian Nabi Musa mencoba bertanya kepada Allah Subhanahu wataala:
“Ya Rabb, bukankah Engkau berjanji memberikan mereka kekayaan hanya satu tahun saja, kemudian setelah itu Engkau akan kembalikan mereka pada kemiskinan seperti semula?”
Allah Subhanahu wataala pun menjawab: “Wahai Musa, Aku telah membuka satu pintu rizqi kepada mereka, tetapi mereka membuka beberapa pintu rizqi untuk hamba-hamba-Ku. maka aku titipkan lebih lama kekayaan itu pada mereka. Wahai Musa, Aku sangat malu jika ada di antara hamba-Ku yang lebih kasih dan lebih pemurah daripada Aku.”
Nabi Musa menjawab:
سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك
“Mahasuci Engkau ya Allah, betapa Mulia urusan-Mu dan Mahatinggi Posisi-Mu.”[ind]