RAMADAN memberikan seribu satu spirit atau semangat ibadah. Dan momen Lebaran atau Syawal kadang meredupkan lagi spirit itu.
Euforia Lebaran kadang bisa kebablasan. Ibadah yang tertata bagus di bulan Ramadan kadang kembali loyo di bulan Syawal.
Inilah di antara tips agar spirit Ramadan tidak melempem di bulan Syawal.
Satu, paksakan diri untuk puasa sunnah Syawal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyunnahkan untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal. Mulai dari hari kedua hingga enam hari berikutnya.
Jika memang terlewat momen itu, tidak ada salahnya untuk mengejar momen bulan Syawal untuk ‘melunasi’ berpuasa enam hari itu.
Selain untuk mengejar pahala sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, juga untuk menjaga kebiasaan berpuasa pasca Ramadan.
Dua, buat jadwal puasa sunnah tiap bulan.
Selain mengejar berpuasa sunnah di bulan Syawal, membiasakan diri berpuasa juga bisa diteruskan di bulan-bulan berikutnya.
Hal ini juga bagian dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada beberapa pilihan atau bisa dilakukan semuanya. Yaitu, puasa Senin Kamis dan puasa tanggal 13,14,15 bulan Hijriah.
Tiga, jangan luput membaca Al-Qur’an setiap hari.
Bulan Ramadan memang bulan Al-Qur’an. Tapi hal itu tidak berarti bahwa di bulan-bulan lain Al-Qur’an diabaikan begitu saja.
Karena itu, menjaga kebiasaan membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan patut untuk terus dijaga. Kalau bisa menjaga kuantitasnya luar biasa. Tapi jika tidak, setidaknya tidak melewatkan membaca Al-Qur’an setiap hari.
Caranya, usahakan untuk membaca Al-Qur’an seusai shalat fardhu. Walau hanya beberapa ayat tapi jika dilakukan secara konsisten, hasilnya akan sangat bagus. Setidaknya, menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an.
Empat, tetap menjaga shalat berjamaah di masjid.
Untuk yang pria, bulan Ramadan telah membangun kebiasaan baru dalam kunjungan ke masjid. Karena itu, jangan sampai kebiasaan bagus ini ‘punah’ selepas Ramadan pergi.
Mungkin saja ada waktu-waktu shalat yang beririsan dengan waktu kerja. Seperti waktu Zuhur, Ashar, dan Magrib. Bisa karena sedang berada di kantor atau karena dalam perjalanan.
Karena itu, ada dua waktu shalat yang relatif tidak beririsan dengan rutinitas kerja itu. Yaitu, Subuh dan Isya. Jika memungkinkan, paksakan juga agar dua waktu ini tetap bisa dilaksanakan berjamaah di masjid.
Lima, usahakan untuk shalat malam.
Di bulan Ramadan ada shalat tarawih. Di bulan lain memang tidak ada. Tapi, di bulan lain tetap ada shalat sunnah malam yang patut untuk dijaga rutinitasnya.
Antara lain shalat qiyamul lail dan witir. Jika memang agak berat untuk shalat qiyamul lail selepas tidur, boleh juga untuk membiasakan shalat witir setiap kali akan tidur.
Semoga spirit Ramadan tetap menyala di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Begitu seterusnya hingga kita berjumpa lagi dengan bulan Ramadan berikutnya. [Mh]