SIKAP positif merupakan cara penyikapan diri yang baik terhadap masalah. Dengan cara ini, diri akan tetap sehat dan semangat meskipun didera masalah berat.
Hidup ini memang panggung masalah. Islam menyebutnya sebagai ujian kehidupan. Selama hayat masih di badan, masalah tidak akan pernah hilang. Kecil dan besar.
Salah satu cara mengatasinya adalah dengan membangun sikap positif. Dengan sikap positif, hidup akan tetap bersemangat untuk berikhtiar hingga masalah bisa diselesaikan.
Ada sedikitnya tiga langkah yang bisa dilakukan untuk membangun sikap positif. Yaitu:
Satu, awali penyikapan dengan ucapan ‘alhamdulillah’.
Ucapan alhamdulillah membangun kesadaran jiwa bahwa apa yang Allah anugerahkan adalah hal yang baik, meskipun rasanya pahit.
Dengan kata lain, ada anugerah Allah yang langsung bisa terlihat dan terasa. Tapi ada juga anugerah Allah yang tersembunyi di balik masalah.
Contoh, ketika akan ke bandara, ada seorang calon penumpang pesawat yang terjebak macet parah. Ia pun menggerutu sepanjang perjalanan itu. Setiba di bandara, pesawat yang akan ditumpangi sudah terbang.
Calon penumpang itu terduduk lemas. Ia bukan hanya kehilangan uang tiket yang hangus, tapi juga kehilangan kesempatan untuk berangkat tepat waktu.
Tapi sekitar sepuluh menit kemudian, ada kabar yang mengejutkan. Pesawat yang tidak jadi ia tumpangi itu, mengalami kecelakaan. Semua penumpang tewas.
Baru ia sadari, bahwa macet parah dan batalnya ia menumpang pesawat naas itu merupakan anugerah. Bukan masalah.
Dua, masalah yang dihadapi tidak sebesar yang dihadapi orang lain.
Kadang orang berpikir egois ketika menghadapi masalah. Seolah bahwa ia satu-satunya yang merasakan masalah. Sementara orang lain happy-happy saja.
Padahal, di saat kita mendapat masalah, jutaan orang lain juga mengalami hal yang sama. Dan boleh jadi, masalah yang kita hadapi tidak seberapa dibanding yang dihadapi jutaan orang lain itu.
Jadi, selalulah ada anggapan bahwa masalah yang kita hadapi tidak sebesar yang dihadapi orang lain. Dengan begitu, akan ada optimisme bahwa kita mampu menyelesaikannya.
Tiga, latih diri untuk tidak cepat kecewa dan marah.
Kecewa dan marah mungkin sikap yang wajar ketika seseorang dihadapkan dengan masalah. Tapi, jika kecewa dan marah itu mengalami jalan buntu, yang terjadi berikutnya adalah frustasi.
Karena itu, cobalah latih diri untuk melakukan hal yang bermanfaat, bukan sekadar pelampiasan yang wajar tapi akhirnya rugi besar.
Yaitu, mencoba untuk tidak bereaksi dengan kecewa dan marah. Biarkan jiwa berelaksasi sejenak untuk mengambil penyikapan yang bermanfaat.
Mungkin relaksasi diisi dengan zikrullah, istigfar, dan lebih bagus lagi dengan berwudhu dan shalat dua rakaat. Yaitu, menjadikan shalat sebagai sarana untuk meminta pertolongan kepada Allah.
Biarlah masalah yang sudah terjadi akan terjadi. Dan tidak sepatutnya untuk menyesali diri dan keadaan. Yang penting, bagaimana membangun optimisme diri untuk terus ikhtiar dan siap dengan masalah berikutnya. [Mh]