SITA HARTA. Media sosial Twitter kembali dihebohkan dengan sorotan gaya hidup mewah pejabat Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Tagar atau hastag #BeaCukaiHedon pun menjadi trending topic sepanjang hari ini.
Pejabat tersebut yakni Eko Darmanto, yang merupakan Kepala Kantor Bea dan Cukai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia terpantau suka memamerkan gaya hidup mewah melalui media sosial Instagram. [Kompas, 28/2]
Kemewahan yang ditampilkan dalam akunnya tak hanya pamer moge, mobil mewah, foto-foto di luar negeri, bahkan pesawat pribadi yang entah punya siapa.
Astaghfirullah!
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis pada (28/02/2023), semakin miris rasanya menyaksikan pamer gaya hidup hedon yang dipertontonkan pejabat negeri ini.
Kekayaan yang tak sesuai profil tak malu-malu lagi diumbar di media sosial. Ini bukan kali pertama. Ketidaktegasan pemerintah membuat kejadian serupa terus terulang.
Pejabat pamer kekayaan seperti itu tidak akan pernah terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Khattab. Ia tak segan mencopot pejabat yang kaya mendadak. Seperti yang terjadi pada Atabah bin Abi Sufyan, Gubernur Thaif.
Baca Juga: Cara Keluarga Menghindari Harta Haram dan Korupsi
Sita Harta pada Masa Khalifah Umar ibn Khattab
View this post on Instagram
Suatu ketika, usai jabatan Atabah dicopot, Umar bertemu dengannya. Ketika itu Umar mendapati Atabah membawa uang sebesar 30 ribu dirham. Umar lalu mengintrogasinya.
“Demi Allah! Harta itu bukan hakmu dan bukan pula hak kaum muslimin. Harta ini aku dapatkan dari hasil masa jerih payahku selama menjabat di Thaif,” jawab Atabah.
Mendengar jawaban itu, bertambah beranglah Umar, “Harta yang dihasilkan pejabat selama berkuasa, selain gaji, tidak ada jalan lain kecuali diserahkan ke Baitul Mal.”
Tindakan tegas yang dilakukan Amirul Mukminin tak sekadar mencopot jabatan Atabah, namun juga menyita kekayaan tak wajar yang didapatnya selama menjadi gubernur.
Umar pun tak segan menghitung sendiri pertambahan kekayaan yang dimiliki para pejabatnya. Seperti yang dilakukannya pada sahabat Abu Hurairah setelah tak lagi menjabat sebagai Gubernur Bahrain.
“Aku mengamanahkanmu jabatan di Bahrain. Waktu itu engkau hanya mengenakan sepasang sandal jepit. Setelah menjabat, aku mendapat laporan engkau bisa membeli kuda-kuda sebesar 1.600 dinar,” kata Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sebelumnya aku telah memiliki kuda. Kemudian aku kembangbiakkan. Selain itu, ada juga pemberian orang,” jawab Abu Hurairah.
“Aku sudah memberimu hak dan gaji. Semestinya itu sudah lebih dari cukup,” tegas Umar sambil tetap menyita sebagian harta Abu Hurairah.
Seandainya ketegasan serupa ada di negeri ini, tentu kita tak akan menyaksikan lelucon akun-akun pejabat yang mendadak hilang setelah sebelumnya digunakan untuk pamer kekayaan, serta marketplace yang tetiba ramai menawarkan moge hingga mobil mewah.[ind]