ChanelMuslim.com – Sultan Abdul Hamid II pernah dicopot dari kepemimpinannya karena dianggap telah menyia-nyiakan kekayaan negara, membakar buku-buku syariah, dan menumpahkan darah serta melakukan pembantaian.
Seperti itulah yang dinyatakan fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti Besar Utsmani, Syaikhul Islam Muhammad Zhiyauddin.
Baca Juga: Bagaimana Tokoh Zionis Gagal Meyakinkan Khalifah Utsmani untuk Menjual Palestina
Sultan Hamid II Menulis Catatan Harian
Dilansir dari channel telegram Generasi Shalahuddin, Farruq Al-Ghozy yang menjadi kontributor menuliskan bahwa peristiwa kelam dan sangat menyedihkan itu terjadi 112 tahun lalu, tepatnya Senin 26 April 1909 M.
Saat itu, di dalam ruangan ada seorang lelaki tua berusia 66 tahun bernama Abdülhamid II Bin Abdülmecid I yang sedang menulis catatan harian terakhirnya.
Isi catatannya adalah sebagai berikut.
“Aku (Khalifah Islam Sultan Abdülhamid Han II) tidak menyalahkan siapapun atas (kemunduran Utsmani).
“Akan tetapi, diriku mengetahui bahwa Inggris, Prancis dan Rusia hingga Jerman dan Swiss, serta negara-negara besar Eropa, memperoleh kepentingan mereka di negara kita yang suci ini dengan membagi-bagikan wilayah pemerintahan Utsmani dan mencerai-beraikannya.
“Mungkin ini adalah malam dan hari-hari terakhirku di dalam istana. Aku tidak mengetahui apa yang terjadi pada diriku dan keluargaku di esok hari, tapi alam sudah menunjukkan tanda-tandanya, aku berserah diri kepada Allah jika aku dilengserkan esok hari.
Khalifah Islam Sultan Abdülhamid Han II.”
Keesokan harinya, Selasa 27 April 1909, mayoritas anggota dewan parlemen dan senat berkumpul di gedung dewan dan memutuskan untuk mencopot Sultan Abdul Hamid II dari jabatan sultan dan khalifah.
Beliau digulingkan dengan suara mutlak oleh parlemen Turki.
Akan tetapi, tidak ada satu suara pun yang bisa diambil oleh parlemen Turki sampai fatwa keluar dari Syaikhul Islam.
Para anggota parlemen pun mendesak Mufti Besar Utsmani, Syaikhul Islam Muhammad Zhiyauddin untuk mengeluarkan fatwa pencopotan Sultan Abdul.
Baca Juga: Indonesia Memilih Islam
Fatwa Mufti Besar Utsmani
Tidak lama setelah itu, keluarlah fatwa dari Mufti Besar Utsmani.
Fatwa itu menyatakan bahwa Sultan telah menyia-nyiakan kekayaan negara, membakar buku-buku syariah, dan menumpahkan darah serta melakukan pembantaian.
Senat dan Dewan Perwakilan pun memilih adik laki-laki Sultan Abdülhamid, Sehzade (Pangeran) Muhammad Reshad Effendi untuk dilantik sebagai sultan baru.
Akhirnya, Sehzade (Pangeran) Muhammad Reshad dinyatakan sebagai Khalifah & Sultan baru Kekhalifahan Utsmaniyah (Sultan Mehmed Reshad V).
Pada hari Rabu, 28 April 1909, Sultan Abdul Hamid pun meninggalkan Kota Istanbul dan diasingkan ke Thessaloniki (Yunani).
Sultan bersama 38 anggota keluarganya menaiki kereta dari Stasiun Istanbul menuju Thessaloniki.
Tidak lama setelah pencopotan Sultan Abdülhamid II, Kekhalifahan Utsmaniyah kembali masuk ke dalam pertempuran besar, seperti perang Balkan I, II dan Perang Dunia I.
Pertempuran demi pertempuran dilewati dan berakhir dengan kekalahan dipihak Utsmaniyah yang puncaknya adalah pembubaran Kesultanan Utsmaniyah pada 1922 M dan Penghapusan Institusi Khilafah pada 3 Maret 1924 M.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah ini, ya Sahabat Muslim.
Dari sini, kita mengetahui bahwa kekuasaan itu ada akhirnya, termasuk kekuasaan Utsmaniyah yang dahulunya berjaya memajukan Islam. [Cms]