Chanelmuslim.com – Qais bin Sa’ad bin Ubadah, Jika Tak Ada Islam Tipu Muslihatnya Tidak Dapat Ditandingi
Walaupun usianya masih muda, orang-orang Anshar menganggapnya sebagai seorang pemimpin. Mereka mengatakan, “Seandainya jenggot bisa dibeli walaupun harus menghabiskan seluruh uang kami, kami akan belikan untuk Qais.”
Sebab, wajahnya sama sekali tidak berjenggot. Semua sifat kepemimpinan ada padanya. Hanya saja, tradisi Arab menganggapnya kurang lengkap jika tidak berjenggot.
Baca Juga: Qais bin Sa’d bin Ubadah sangat Dermawan dan Berani
Qais bin Sa’ad bin Ubadah, Jika Tak Ada Islam Tipu Muslihatnya Tidak Dapat Ditandingi
Nah, siapakah kiranya pemuda yang sangat dicintai kaumnya ini, sampai-sampai mereka siap mengorbankan harta untuk membelikan jenggot untuk melengkapi sifat-sifat kepemimpinan yang dimilikinya?
Dialah Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Ia berasal dari keluarga Arab yang paling dermawan. Rasulullah pernah bersabda tentang keluarga Qais, “Kedermawanan menjadi tabiat keluarga ini.”
Ia sangat cerdik dan memiliki banyak tipu muslihat. Ia pernah berkata, “Kalau bukan karena Islam, aku sanggup membuat tipu muslihat yang tidak dapat ditandingi oleh orang Arab mana pun.” Ia sangat cerdik dan banyak akal.
Pada peristiwa Shiffin ia berada di kubu Ali melawan Mu’awiyah. Ia merencanakan tipu muslihat yang dapat membinasakan Mu’awiyah dan para pengikutnya hanya dalam satu hari atau beberapa jam. Namun, ketika ia renungkan sekali lagi, ternyata tipu muslihatnya ini masuk dalam kategori jahat. Ia teringat firman Allah, “Tipu daya jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.” (Fathir: 43)
Ia langsung tersadar dan meminta ampun. Ia berkata, “Demi Allah, seandainya Mu’awiyah dapat mengalahkan kita nanti, maka kemenangannya itu bukanlah karena kepintarannya, tetapi karena keshalihan dan ketakwaan kita.”
Sesungguhnya, pemuda Anshar suku Khazraj ini berasal dari satu keluarga pemimpin besar yang mewariskan sifat-sifat mulia secara turun-temurun. Ia putra Sa’d bin Ubadah, seorang pemimpin Khazraj.
Sewaktu Sa’d masuk Islam, ia membawa anaknya yang bernama Qais kepada Rasul dan berkata,“ Dia akan menjadi pelayanmu, ya Rasulullah.”
Rasul menerimannya dengan senang hati karena beliau melihat tanda-tanda keunggulan dan kebaikan pada diri Qais. Dan Qais akhirnya sangat dekat dengan Rasulullah.
Anas, yang juga pelayan Nabi, menceritakan, “Kedudukan Qais bin Sa’d di sisi Nabi, seperti pengawal presiden.”
Sebelum masuk Islam, Qais memperlakukan orang lain dengan kecerdikannya. Seluruh penduduk Madinah tidak ada yang sanggpu mengahadapi kelicikanya. Karena itu, mereka berpikir seribu kali jika harus berhadap dengan Qais.
Namun setelah masuk Islam, ia diajari untuk memperlakukan orang lain dengan kejujuran, bukan dengan kelicikan. Ia menjadi seorang muslim yang taat. Karena itu, kecerdikannya membuat tipu muslihat ia kesampingan. Setiap kali berhadapan dengan kondisi yang sulit, ia teringat akan kemampuannya melakukan tipu muslihat, namun segera tersadar dan berkata, “Kalau bukan karena Islam, aku sanggup membuat tipu muslihat yang tidak dapat ditandingi oleh orang Arab mana pun.”
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom