AKHIR zaman dikaitkan dengan dekatnya hari kiamat yang ditandai berbagai macam kerusakan mulai dari alam hingga perilaku manusia. Ketika manusia mengalami krisis ilmu dan moral yang merupakan bagian dari kerusakan perilaku maka berdampak pada pudarnya ilmu syariah dan ulama rabbaniyun.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat, khususnya teknologi komunikasi dan informatika menjadi lambang kemajuan peradaban manusia. Kehadirannya telah merambah jauh ke pelosok gunung, hutan belantara, dan pedesaan.
Berbagai disiplin ilmu sosial dan alam terus bermunculan. Jumlah sarjana, ilmuwan, dan peneliti juga meningkat pesat.
Baca Juga: Status Wafat Bunuh Diri dalam Pandangan Syariah
Pudarnya Ilmu Syariah dan Ulama Rabbaniyun di Akhir Zaman
Ironisnya, keadaan ini berlawanan 180 derajat dengan bidang ilmu-ilmu syari’ah. Meskipun jumlah perguruan tinggi Islam dan pondok pesantren senantiasa bertambah, namun jumlah pakar dan ulama rabbaniyun sangatlah sedikit.
Sosol ulama yang mendalami pengetahuannya dalam sebagian besar disiplin ilmu syari’ah, mengamalkan dan mengajarkan ilmunya dengan ikhlas, amat langka dan sulit ditemukan.
Hampir setiap tahun ada ulama besar bertaraf internasional yang wafat, sementara generasi pelanjut tak kunjung muncul.
Kelangkaan ulama rabbaniyun ditandai dengan makin jauhnya masyarakat dari pemahaman ajaran Islam yang benar. Kehidupan sebagian mereka amat bertentangan dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pada waktu yang sama, bermunculan para ulama yang menjual ayat-ayat Allah demi mendapatkan kenikmatan duniawi yang tak seberapa nilainya.
Panutan masyarakat dalam masalah agama bukan lagi bagi para ulama rabbaniyun, melainkan para selebritis dan ulama penghamba dunia.
Pada saat yang sama, gerakan-gerakan sesat dan menyesatkan semakin tubuh subuh. Fenomena ini telah dikabarkan oleh Rasulullah sejak jauh hari sebelumnya,
“Di antara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu syariah, merajalelanya kebodohan (terhadap ajaran Islam) dan perzinahan, banyaknya kaum wanita dan sedikitnya kaum pria, sehingga kehidupan 50 orang wanita hanya ditanggung oleh seorang pria.”
Sumber: Buku Zikir Akhir Zaman oleh Abu Fatiah Al-Adnani