PADA masa-masa terbaik Islam, peran Muslimah justru sangat penting. Suara pertama yang mendukung dan membenarkan kenabiannya adalah suara wanita yakni Khadijah binti Khuwailid.
Syuhada pertama dalam Islam adalah seorang wanita, yakni Sumayyah, ibu Ammar bin Yasir, yang dibunuh oleh Abu Jahal karena mempertahankan keislamannya.
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu bersembunyi di gua (Jabal Tsur),
Asma binti Abu Bakar-lah yang bolak-balik membawakan makanan untuk mereka berdua, padahal kondisinya sedang hamil.
Karena itulah, Asma binti Abu Bakar dijuluki Dzuniqathain (yang memiliki dua ikatan selendang) karena saat itu, satu selendangnya dibuat untuk menahan perutnya yang hamil, dan yang satu lagi untuk menyangga makanan.
Baca Juga: Pentingnya Peran Muslimah dalam Syiar Dakwah
Peran Muslimah pada Masa Awal Islam
Ketika perang Uhud, Ummu Salith adalah wanita yang paling sibuk membawakan tempat air untuk pasukan Islam, sebagaimana yang diceritakan Umar bin Al-Khattab.
Ummu Salith juga pernah berbai’at kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Imam Al Bukhari dalam kitab Shahih-nya membuat enam bab tentang peran muslimah dalam peperangan.
1. Bab Ghazwil Mar’ah fil Bahr (peperangan kaum wanita di lautan)
2. Bab Hamli ar Rajuli Imra’atahu fil Ghazmi Duna Ba’dhi Nisa’ihi (laki-laki membawa istri dalam peperangan tanpa membawa istri lainnya)
3. Bab Ghazwin Nisa’ wa Qitalihinna ma’a ar Rijal (pertempuran wanita dan peperangan mereka bersama laki-laki)
4. Bab Hamlin Nisa’ Al Qiraba Ilan Nas fil Ghazwi (wanita membawa tempat minum kepada manusia dalam peperangan)
5. Bab Mudawatin Nisa’ Al Jarha fil Ghazwi (pengobatan wanita untuk yang terluka dalam peperangan)
6. Bab Raddin Nisa’ al Jarha wal Qatla Ilal Madinah (wanita memulangkan pasukan terluka dan terbunuh ke Madinah)
Selain Ummu Salith, kaum muslimah juga ikut berbai’at kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seperti Ummu ‘Athiyah, Umaimah binti Ruqaiqah, dan kaum wanita Anshar.
Sebagaimana yang diceritakan secara shahih oleh Imam an-Nasa’i. Masih banyak lagi peran muslimah pada masa awal seperti peran ketika hijrah ke Habasyah, peran dalam pendidikan, dan lainnya.
Semuanya menunjukkan bahwa Islam menempatkan keduanya seimbang saling mengisi dan bekerja sama secara normal.[ind]
Sumber: Menjawab Kegelisahan Aktivis Dakwah. Farid Nu’man Hasan. Inspirasi Cendikia: 2021.