MUJAHADAH menjaga kebersihan hati jauh lebih berat dari melawan pengaruh materi.
Saudaraku, sesungguhnya perjuangan berat kita dalam kehidupan menuju Allah ini adalah perjuangan meluruskan, membersihkan dan mensterilkan hati dari tujuan dan kecenderungan pada selain Allah ‘Azza wajalla.
Perjuangan meluruskan niat, memurnikan visi misi dan tujuan hanya kepada Allah dan akhirat, jauh lebih berat ketimbang menaklukkan keinginan materialisme duniawi berupa harta, tahta dan wanita.
Mengapa demikian? Karena menahan diri dan keinginan yang bersifat harta, tahta dan wanita semuanya bersifat fisik, dimana ketika godaan fisikal terpuaskan, maka biasanya keinginan materialisme itu melemah seketika, lalu biasanya melahirkan kesadaran, hijrah kemudian pertaubatan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Lain halnya, bila setan menghujamkan tipu daya dan godaannya pada hati dan jiwa dengan cara membisikan secara halus perasaan ghurur, ujub dan riya’ bahwa, “Engkau sudah ‘Alim, sudah banyak ibadah, banyak berdakwah, banyak jasa dan seterusnya, karenanya engkau layak dipuji, disanjung dan dihormati”, maka pada saat itu hilanglah semua pahala amal ibadahmu, sementara engkau tidak menyadarinya, bahkan mungkin engkau menikmatinya.
Hidup ini adalah ibadah, dimana kita dituntut oleh Allah agar terus ikhlas dan tidak menyekutukan-Nya dengan tujuan lain dalam ibadah dan perjuangan.
Baca juga: Tingginya Ilmu Akan Sia-Sia Tanpa Tazkiyatun Nafs
Mujahadah Menjaga Kebersihan Hati Jauh Lebih Berat dari Melawan Pengaruh Materi
Allah berfirman, “Siapa yang ingin bertemu Tuhannya, maka jangan ia mensekutukan-Nya dengan yang lain dalam ibadahnya”[QS. Al-Khafi: 110].
Godaan perubahan orientasi dan niat itu sangat sensitif dan halus, di jalan menuju masjid, di dalam masjid bahkan di dalam sholat pun niat dan tujuan kita bisa berubah seketika karena bisikan setan.
Anda berada dalam tugas dakwah, mengajar, berjihad dan seterusnya tidak luput dari bisikan halus setan.
Godaan pujian, penilaian dan popularitas dimata manusia sangat sulit dihindari bila tidak disadari.
Pada level ini, tidak semua ulama, da’i dan ustadz atau kyai lolos dan lulus, banyak yang rontok dan terjerumus.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]