ISU adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi. Ada isu yang menarik, dan ada yang ‘dibuat’ tidak menarik.
Di masyarakat yang demokratis, atau setidaknya pseudo demokratis, kepopuleran selalu menjadi perhatian. Isu yang populer kadang lebih disukai daripada yang penting.
Mereka Suka Isu Populer
Isu populer biasanya menyangkut selebritas, artis, kasus perempuan, anak, yang berbau horor, SARA, dan lainnya.
Isu-isu populer ini kadang bisa menghipnotis massa. Selama tidak ada isu baru yang lebih menarik, satu isu populer bisa bertahan lama. Meski kadang tanpa ending yang jelas atau lenyap begitu saja.
Kenapa menarik? Karena konfliknya nyaris sempurna. Ada sosok baik yang jadi korban. Ada sosok jahat yang dilindungi. Ada peristiwa misterius yang memunculkan rasa penasaran. Dan seterusnya.
Meski kadang sama sekali tidak berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, isu populer bisa menarik seluruh kalangan. Contoh, isu tentang seleb yang selingkuh, kasus kopi Jessica, kasus Sambo, dan lainnya.
Lebih sempurna lagi jika media massa ikut berselancar. Mereka memanfaatkan isu itu untuk keuntungan bisnis.
Siapa Memainkan Isu
Isu super populer bisa memberikan keuntungan sejumlah pihak. Antara lain perusahaan media massa, youtuber, tokoh-tokoh tertentu seperti pejabat keamanan, tokoh agama, artis, pengamat, pengacara, dan lainnya.
Namun jika ditanya siapa yang memainkan isu, boleh jadi jawabannya berbeda. Mereka yang dapat keuntungan boleh jadi hanya berselancar saja. Sementara, mungkin ada pihak-pihak yang mengelola isu populer untuk kepentingan terselubung.
Siapa mereka? Biasanya mereka adalah pihak-pihak yang sangat berkuasa: politik maupun ekonomi. Persis seperti maling yang bersembunyi di tengah keramaian.
Keuntungan yang mereka peroleh adalah teralihkannya sorotan mata dan kamera ke objek lain yang dianggap menarik. Bukan lagi ke dirinya atau kasus besar yang mengaitkannya.
Perhatikanlah, biasanya jika ada kasus korupsi besar, misalnya dengan nominal ratusan triliun rupiah, akan muncul kasus populer yang sangat heboh. Jika kehebohan bertahan lama, ada peluang para penjahat ini lolos dari ingatan publik.
Berlatih Kebal Isu Populer
Sebenarnya, publik bisa mengukur secara sederhana apakah sebuah isu populer memang murni atau ‘buatan’. Alami atau rekayasa isu.
Pertama, isu rekayasa sama sekali tidak berkaitan dengan hal penting seperti kebijakan negara, undang-undang, anggaran untuk rakyat, dan lainnya.
Kedua, isu rekayasa memunculkan hal-hal yang tidak proporsional. Misalnya, keterlibatan media-media massa besar, tokoh-tokoh besar yang semestinya tidak sibuk di urusan itu, dan lainnya.
Logikanya sederhana, media massa besar tentu memiliki visi misi yang juga besar. Jika mereka begitu intensif dengan isu remeh temeh, akan memunculkan tanda tanya: siapa yang bayar mereka?
Ketiga, kembalikan nalar akal sehat kita. Jangan mudah terbawa arus isu populer yang boleh jadi dipopulerkan pihak-pihak tertentu.
Akhlak Islam mengajarkan untuk tidak curious dengan urusan orang lain. Kalau kasusnya benar, membicarakannya akan sebagai ghibah. Jika tidak benar, nilainya lebih buruk lagi, yaitu fitnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan, “Salah satu kebaikan Islamnya seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang bukan urusannya.”
Alangkah lebih baik jika fokus saja dengan hal yang memang besar dan penting. Seperti nasib pendidikan, kecurangan politik, potensi krisis ekonomi, krisis akhlak, dan lainnya. Bukan sibuk dengan hal yang dibesar-besarkan. [Mh]