ChanelMuslim.com – Menilai Secara Utuh, Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc
Pada tahun 2 H, tim kecil dipimpin Abdullah bin Jahsy yg ditugaskan Rasulullah saw kontak senjata dengan kaum kafir Quraisy. Seorang kafir Quraisy tewas. Perisitiwa itu terjadi di bulan haram; bulan Rajab.
Sontak orang kafir Quraisy bangun opini, Rasulullah saw melakukan tindakan “radikalime” dan “terorisme” di bulan haram yg mereka muliakan.
Opini terbentuk, kaum muslimin galau, sebab mereka pun diajarkan Rasulullah saw untuk menghormati bulan haram, di antaranya dilarang membunuh. Mereka bertanya-tanya. Bagaimana ini?
Maka Allah turunkan wahyu yg menjelaskan bahwa perbuatan sahabat tersebut memang sebuah pelanggaran dan dosa besar.
Baca Juga: Menilai Secara Proporsional
Menilai Secara Utuh
Tapi kaum kafir Quraisy jangan merasa paling benar dan suci, justru pelanggaran dan dosa mereka lebih besar, karena mereka mencegah orang dari jalan Allah dan bahkan mengusirnya. Dan peristiwa pembunuhan tersebut tak lepas dari tindakan zalim mereka terhadap orang beriman. (perhatikan tafsir surat Al-Baqarah 217 dalam berbagai kitab tafsir rujukan)
Pada tahun 17-18 H, masa kekhalifahan Umar bin Khatab radhiallahu anhu terjadi musim paceklik yg sangat parah. Dikenal sebagai Aam Ar-Ramadah atau Aam Al-Majaah.
Di antara eksesnya, banyak rakyat kecil yang mencuri. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatab saat itu tidak lantas menjatuhkan hukum kepada mereka mempertimbangkan latar belakang perbuatan tersebut.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, gubernur Khurasan; Al-Jarrah bin Abdullah, mengirim surat ke khalifah. Dia minta izin kepada khalifah untuk menggunakan kekuatan senjata untuk menghadapi penduduk Khurasan yang dia anggap susah diatur, karena dia menganggap bahwa penduduk Khurasan hanya dapat diatur dengan kekuatan senjata.
Alih- alih sang khalifah mensupport sang gubernur untuk menghadapi rakyatnya dengan kekuatan senjata, hal mana jika terjadi di masa sekarang mungkin mereka akan dituduh; Intoleran, radikal, teroris, khawarij, anjing neraka, dsb. Beliau justru menegur sang gubernur dgn berkata,
“Saya sudah terima suratmu yang menyatakan bahwa penduduk Khurasan tidak dapat diatasi kecuali dengan cambuk dan pedang. Engkau dusta!! Mereka dapat diperbaiki dengan keadilan dan menegakkan kebenaran. Bentangkan hal itu di hadapan mereka!!” (Tarikhul Khulafa; As-Suyuthi) [Ln]