Menghadapi Kezaliman Penguasa, Oleh: Ustadz Abdullah Haidir Lc.
ChanelMuslim.com – Dakwah Rasulullah saw pun juga tidak luput membela orang-orang yang terzalimi. Makanya, kebanyakan yang menerima dakwah beliau orang-orang lemah secara sosial.
Disinipun kita penting merekonstruksi paradigma tentang maksiat. Maksiat bukan cuma zina dan mengumbar aurat. Tapi juga kezaliman sosial.
Jangan cuma berkoar miras dilegalkan, tapi juga harus berkoar terhadap ketidakadilan sosial, kedua-duanya adalah maksiat.
Bahkan para ulama tegaskan, kemaksiatan yang kaitannya terhadap manusia, lebih berat daripada yang kaitannya terhadap Allah swt.
Baca Juga: Menghadapi Kezaliman Penguasa (1)
Menghadapi Kezaliman Penguasa (2)
Kontrol sosial terhadap perilaku penguasa sangat mendesak dilakukan. Seiring dinamika dan kemudahan komunikasi, kontrol sosil tak mungkn dihindari.
Jika kita tidak mengisi dan aktif di dalamnya, maka medan ini akan diisi oleh mereka yang penuh pretensi, atau para penumpang gelap beridiologi.
Dengan mudah mereka akan dapat simpati massa atas nama pembelaan terhadap wong cilik, ketika orang-orang baik dan para ulama bungkam terhadap kezaliman sosial.
Jangan terlalu terbelenggu dengan pandangan tak boleh meluruskan penguasa secara terang-terangan… sepanjang dilakukan dengan niat dan cara yang baik.
Kita tentu ingat pidato pelantikan Abu Bakar As-Shidiq sbg Khalifah,
“Jika aku benar, bantulah aku, jika aku salah luruskan aku..”
“Jika salah, luruskan!” artinya Abu Bakar ra sejak awal-awal sudah menghidupkan peran kontrol sosial untuk memantau jalannya sebuah pemerintahan.
Tampaknya medan ini masih banyak yg kosong, sehingga sering dieksploitasi orang-orang tak bertanggung jawab, baik secara politis juga idiologis..
Kekhawatiran timbulnya kekacauan akibat menegur kezaliman penguasa, jangan mengalahkan kewajiban menegur kezaliman penguasa…
Karena kalau masyarakat tidak dipimpin dan dibimbing dalam masalah ini, mereka akan mencari figur lain, tak peduli motivasi dan misinya….
Mengenai teknisnya tinggal diatur. Apakah bikin pernyataan bersama, petisi, statment pers. Yang penting masyarakat tahu bahwa ulama bersama mereka.
Saya yakin penguasa tidak hilang wibawa jika dikritik terang-terangan. Justeru bertambah wibawanya jika dia respon positif setiap nasehat.
Justru yang hilang wibawanya adalah penguasa yang anti kritik, atau anggap remeh penolakan rakyatnya atau cuma ‘cengengesan’ doang saat dikiritk.
Jadi, kalau ulama sudah nasehatkan masyarakat untuk sabar dan taat pemimpin, masyarakatpun layak nasehati ulama utk selalu kontrol para pemimpin.
Jangan lagi ada kesan, ulama jadi bumper dan stempel, disengaja atau tidak, bagi berbagai kebijakan penguasa yang tidak berpihak kepada masyarkat.
Namun, jika ada kebijakan penguasa yang jelas bermanfaat bagi masyarkat, ulamapun harus aktif membantu dan mendukung.
Camkan:
Menegur penguasa, walau terang-terangan, tidak identik jadi pembangkang atau menghilangkan kewibawaannya. Asal caranya baik.
Mari kita hidupkan kembali peran para ulama sebagai pengayom masyarakat, baik dalam kehidupan beribadah maupun bersosial dan bernegara.
Ulama tak perlu bakar ban dan teriak-teriak di jalan hadapi kezalimn, cukup dengan ketulusan, ketegasan, keteguhan & kekompakan, hasilnya lebih dahsyat.