Oleh: Kak Eka Wardhana, Rumah Pensil Publisher
ChanelMuslim.com–Di beberapa negara, khususnya di Jepang berkembang penyakit sosial baru, namanya Hikikomori. Dari segi bahasa, hikikomori berarti mengurung diri. Hikikomori adalah fenomena sosial di mana para remaja dan orang dewasa menarik diri dari kehidupan sosial dengan mengurung diri di rumah. Berapa lama mereka mengurung diri? Dari berbulan-bulan sampai bertahun-tahun! Bahkan ada yang sampai 20 tahun tidak bertemu adik atau orangtuanya sendiri!
Dari survei yang dilakukan pemerintah Jepang pada tahun 2016, pelaku Hikikomori sudah mencapai 500 ribu orang. Jumlah ini meningkat 16,9% dari survei yang dilakukan pada tahun 2009. Dan setiap waktu yang terlewat, jumlahnya semakin bertambah.
Jelas ini adalah masalah serius. Kementrian Kesehatan Jepang sampai mengucurkan dana sebesar 2,53 miliar yen atau 329 miliar rupiah untuk membantu para penderita hikikomori. Maka timbul dong pertanyaan: kenapa fenomena ini muncul? Apa yang menyebabkan orang memutuskan untuk tidak bersekolah, tidak bekerja dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah?
Dari beberapa artikel yang saya baca, beberapa penyebab hikikomori adalah:
1. Sering di-bully di sekolah,
2. Tidak bisa memenuhi harapan keluarga untuk mencapai standar nilai akademik yang tinggi,
3. Gagal ujian, terutama untuk memasuki sekolah favorit,
4. Terlalu dimanja dan dilindungi keluarga, sehingga lemah terhadap tekanan lingkungan,
5. Merasa lingkungan sosial tidak sesuai dengan idealismenya sehingga memutuskan untuk menolak berhubungan dengan orang lain,
6. Stress dan depresi yang berlebihan.
Selain beberapa penyebab di atas, ada juga faktor pendukung yang membuat pelaku hikikomori merasa bisa bertahan walau tak bertemu siapapun yaitu: teknologi yang makin canggih. Tahu sendiri kan, dengan teknologi masa kini orang bisa bergaul, bermain virtual game, bahkan bekerja dan berbelanja tanpa harus keluar rumah.
Ada istilah lain dalam bentuk akronim yang banyak persamaannya dengan hikikomori, yaitu NEET. NEET adalah singkatan dari Not Employment, Education, or Training alias pengangguran. Bedanya, dalam hikikomori masih ada orang yang bekerja walau lewat dunia maya dan benar-benar mengurung diri, sedangkan NEET adalah para pemalas yang menolak bekerja walaupun tidak selalu mengurung diri di rumah.
Bisa ditebak, orang yang paling rentan terkena hikikomori adalah para Getaku. Getaku kependekan dari “Game Otaku” alias para penggemar anime yang dikemas menjadi game atau komik. Getaku menyukai game yang mempunyai karakter dan alur cerita sendiri. Mereka bisa berjam-jam bahkan berhari-hari menatap layar komputer dan membentuk komunitas online yang tersebar di manca negara.
Saudaraku para orangtua, berhati-hatilah pada fenomena-fenomena di atas. Salah pengawasan sedikit, anak yang saat lahir membawa harapan kita ke atas awan, ternyata malah menghancurleburkan kebanggaan kita dari sejak dini.
Sekadar mengingatkan, dari sejak awal Islam sudah mengingatkan pentingnya bergaul dengan orang lain. Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda sebagaimana yang dikutip Ahmad dalam Al-Musnad, Abu Dawud dalam Al-Adab, dan At-Tirmidzi dalam Sifah Al-Qiyamah:
“Maukah kalian kuberi tahu tentang perbuatan paling utama daripada puasa, shalat dan sedekah?’ Para Sahabat menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah’. Lalu Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Memperbaiki (dan menjalin) hubungan di antara sesama. Maka sesungguhnya kehancuran pertalian antar sesama adalah pembabatan. Aku tidak mengatakan membabat rambut tetapi membabat (memutuskan agama).”
Jadi, apa yang harus dilakukan agar fenomena hikikomori ini tidak menjangkiti anak-anak kita?
1. Memperkuat aqidah. Aqidah yang kuat akan membuat hubungannya dengan Allah menjadi dekat. Maka Allah akan selalu menjadi penolongnya.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri anak. Caranya adalah menemukan bidang di mana bakat dan minat anak berada. Bila anak bisa berprestasi di bidang itu, dengan sendirinya rasa percaya dirinya pun tumbuh.
3. Mendampingi anak bila ia merasa berat menghadapi pelajaran akademis di sekolah.
4. Mempersiapkan fisiknya termasuk berlatih bela diri Islami. Dengan demikian, ia bisa membela diri bila terkena bully. Fisik yang kuat akan menambah rasa yakin pada dirinya.
5. Jangan terlalu over protective, dorong anak untuk berani menghadapi masalahnya sendiri. Dampingi dan awasi, tetapi biarkan ia memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
6. Diet gadget dan game. Bukan berarti anak tidak boleh main game buat sekadar pelepas lelah atau menambah pengalaman, tetapi segala sesuatu yang kebanyakan akan buruk akibatnya. Batasi jam main gadget dan game anak.
7. Inspirasikan ke dalam jiwanya kisah orang-orang shalih dan para pahlawan sehingga jiwanya terbentuk juga menjadi jiwa yang shalih serta dipenuhi semangat berjuang. Caranya? Bacakan buku-buku tentang orang-orang shalih, pemberani dan berprestasi.
Semoga Allah senantiasa melindungi keluarga kita dari tangan-tangan setan yang berusaha merebut mereka.
Salam Smart Parents!
[ind]