ChanelMuslim.com – Semasa hidupnya, Al-Ghazali telah menghasilkan berbagai karya yang masih dipakai sebagai referensi pada zaman sekarang ini. Berbagai karyanya menjadi bahan perbincangan dan diskusi, tidak hanya di kalangan pelajar dan mahasiswa, tetapi juga para pencinta dunia sufi.
Baca Juga: Hukum Menambah Bacaan Wa’fuanni dalam Duduk di antara Dua Sujud
Karya-karya Al-Ghazali
Karya-karyanya pun banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Latin, Ibrani, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris, termasuk bahasa Indonesia
Mengutip buku berjudul “Pejuang dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa” yang ditulis oleh Abdul Latif dan Hidayatullah, beberapa karya Al-Ghazali di antaranya adalah dalam bidang filsafat ada Maqashid al-Falasifah (Pemikiran Kaum Filosof) yang menguraikan ilmu-ilmu alam dan ketuhanan dari para filosof terutama Ibnu Sina.
Selain itu, dalam bidang teologi adalah al-Iqtishad fi al-I’tiqad (Pemikiran tentang Keyakinan), bidang tasawuf ada Ihya Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) yang menguraikan secara rinci pendapatnya tentang tasawuf dan menghubungkannya dengan fiqih maupun akhlak, dan masih banyak yang lainnya.
Menurut sebagian penafsir, dijelaskan bahwa karya-karyanya ada sekitar kurang lebih 80 buku dan risalah yang meliputi berbagai bidang, seperti fiqih, ushul fiqih, ilmu kalam, akhlak, logika, filsafat, dan tasawuf.
Baca Juga: Kisah Dirampoknya Kitab-kitab Imam Al-Ghazali
Bentuk Sikap Kejujurannya
Sejak kecil, Al-Ghazali sangat tertarik terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu agama. Oleh sebab itu, kecerdasan Al-Ghazali tentunya tidak diragukan lagi.
Atas dasar inilah, Perdana Menteri Nizam Al-Mulk memintanya untuk menjadi penasihat dan guru besar di Universitas Nizamiyah Baghdad.
Namun, kedudukannya ini justru membawa kegelisahan dan krisis jiwa yang makin parah untuk Al-Ghazali.
Ia pun meninggalkan kedudukannya itu dan melakukan perenungan. Langkah yang diambil ini menjadi bentuk sikap kejujurannya yang menyadari bahwa motivasinya dalam mengajar tidak lain hanya untuk memperoleh jabatan serta membuatnya terkenal.
Oleh sebab itu, ia berusaha melepaskan diri dari sikap menonjolkan egonya.
Sahabat Muslim, semoga kita bisa mengambil hikmah dari Al-Ghazali, khususnya dalam kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. [Cms]