WAQI atau realitas ditulis oleh @kayyishwr, pada 5 Mei 2024. Berikut tulisan selengkapnya.
Istilah ini aku dengar, lagi, —mungkin setelah lama tidak berinteraksi dengan bahasa Arab—di postingan Jejak Imani yang disampaikan oleh Kyai Salim, beliau mengatakan kurang lebih begini
“Saya dulu termasuk yang mengikuti pendapat Al Alamah Prof Yusuf Qardhowi untuk menunda mengunjungi al Aqsha, karena penggunaan visanya tentu akan semakin menguntungkan zionis israel. Tapi kemudian, waqi‘, realitas berubah, ternyata hal itu malah membuat masjid al Aqsha semakin sepi, maka Syaikh Ahmad Al Raysuni pengganti beliau, menganjurkan untuk mengunjungi Al Aqsha, dalam rangka membuatnya tetap ramai digunakan untuk beribadah dan tetap eksis”
Waqi‘, realita, adalah satu hal yang mesti kita baca selalu.
Karena hidup tidak melulu masa lalu, apalagi sekadar impian harapan masa depan, tapi juga terdapat rangkaian peristiwa di hari ini, yang perlu kita jalani, hadapi, nikmati, dan satu hal penting; maknai.
Baca juga: Saat Ujian Iman Datang
Memahami Waqi atau Realitas
Karena diminta sharing kehidupan pasca jadi anak asrama 2 tahun di RK, aku pun menitipkan satu hal ini; membaca realita. Karena nyatanya tidak semua sepertinya mampu.
Beberapa orang bisa jadi masih terngiang-ngiang peristiwa masa lalu, romantisme yang berlebihan, sehingga tidak siap untuk beranjak bangun dan menghadapi kenyataan hari ini.
Sebagian lagi mungkin lebih senang mendiskusikan hal-hal di masa depan, tapi hanya sebatas angan-angan sehingga tidak mau untuk berkontribusi untuk melakukan apa yang ia bisa di hari ini.
Dalam konteks sebagai anak RK, aku menitipkan hal ini, karena kita terbentuk di asrama yang terlihat ‘bersih’ ‘teratur’ dan ‘terukur’ sehingga pembacaan realita perlu dilakukan, agar tidak ada gap yang menganga terlalu besar antara idealisme dan kenyataan.
Dan, para ulama kita, termasuk Syaikh Ahmad Al Raysuni, yang tadi kita bincangkan di atas, memang mampu membaca realita itu.
Itulah kemampuan orang berilmu dalam nan luas, dipadukan kepeduliannya terhadap kondisi umat, sekaligus keimanan yang kuat terhadap taqdir Allah.
Mereka tidak mudah berputus asa. Mereka hadir dengan solusi. Tapi mereka juga tidak lupa untuk memotivasi.
Iya, waqi’, realita kita hari ini. Perubahan adalah satu hal yang harus kita jalani. Meski awalnya berat, namun dengan ilmu insyaAllah semua akan lebih ringan dan indah.
Masa lalu untuk diingat, masa ini untuk dirawat, dan masa depan untuk dilihat.[ind]