USTAZ Slamet Setiawan menjelaskan bahwa malas membuat perjuangan menghafal Al-Qur’an semakin berarti.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang amal manusia yang paling baik, terkadang beliau menjawab jihad, terkadang menjawab sholat pada waktunya, terkadang menjawab berbuat baik kepada orang tua, bahkan terkadang menyebutkan amal-amal lainnya.
Apakah beliau tidak konsisten? Tentu bukan demikian maksudnya.
Amal itu semuanya berpotensi menjadi amal yang paling baik jika dikerjakan dengan sempurna di saat kemalasan menghantuinya.
Semakin besar kemalasan, namun tetap disempurnakan pekerjaannya, maka semakin berkualitas hasilnya.
Maka amalan seseorang yang paling baik adalah amalan yang dilakukan ketika diiringi dengan perlawanan menghadapi rintangannya.
Semakin besar rintangannya semakin besar pula pahalanya.
Surat al-Hadid ayat 11 menyebutkan tidak sama pahala pengorbanan harta sebelum merdeka dengan pengorbanan setelah merdeka.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bahkan Rasulullah pernah mengatakan bahwa Infaq yang paling baik adalah yang kita keluarkan ketika kita dalam keadaan pelit dan susah.
Apabila rasa malas datang saat menghafal Al-Qur’an, sambutlah dengan mulai menghafalkannya.
Apabila menghafal pada saat malas mulai menghampiri itu berat, menghafal setelah Anda mengizinkan malas itu menghinggapi diri Anda tentu lebih berat.
Apabila Anda yakin akan mampu menghafal setelah malas itu datang, tentu menghafal sebelum malas itu datang jauh lebih ringan.
Secara definitif, mungkin malas itu menunjuk pada perasaan berat mengerjakan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Rasa malas akan datang apabila kegiatan menghafal itu tidak segera dimulai.
Malas Membuat Perjuangan Menghafal Al-Qur’an Semakin Berarti
Dengan kata lain yang mengakibatkan kegiatan menghafal tertunda atau bahkan tidak terlaksana itu adalah tidak dimulainya kegiatan menghafal.
Kuncinya adalah bersemangat. Bahkan kemalasan itu akan menjadi lebih bermakna apabila disandingkan dengan semangat.
Dari sisi spiritual, malas adalah pengaruh bisikan setan yang di perturutkan.
Mengapa melawan bisikan setan itu berat? Karena terkadang kita masih memperturutkan dan belum ada perlawanan sedikitpun.
Cara memerangi kemalasan adalah dengan segera mulai, itu jurusnya.
Bendung hati serapat mungkin agar tidak mampu ditembus bisikan setan sehalus apapun.
Baca juga: Tetap Menghafal Alquran Meski di Masa Pandemi
Bagaimana cara membendung nya? Tuntaskan kegiatan menghafal, itu caranya.
Menuntaskan kegiatan menghafal dengan hasil tidak maksimal karena melawan kemalasan jauh lebih baik daripada tidak menghafal Al-Qur’an karena menuruti kemalasan.
Karena ketika Anda menuruti kemalasan, maka pintu pintu bisikan setan yang lainnya akan terbuka satu persatu.
Ketika hati mengatakan “nanti “dengan alasan menunggu agar bisa konsentrasi, maka konsentrasi itu tidak akan pernah Anda dapatkan, karena akan datang bisikan-bisikan lain yang akan menjadi pembenaran Anda untuk menunda menghafal kembali.
Apabila Anda merasakan bahwa saat ini sangat berat memulai hafalan, maka pada saat berikutnya, menghafal itu akan lebih berat lagi.
Apabila sekarang saja sudah banyak gangguan, bagaimana setelahnya? Tentu akan lebih banyak lagi.
Siapa pun tidak akan pernah mengetahui apa yang akan menimpanya setelah ini.
Ingat, malas tidak akan kalah hanya dengan pengingkaran hati.
Malas hanya akan kalah dengan segera memulai dengan tindakan fisik.
Hindari bermalas-malasan menghindari rasa malas, sampai rasa malas itu benar-benar malas menghinggapi kita.[Sdz]