BERAGAM cara umat Islam merayakan lebaran, beragam kegiatan dilakukan untuk mengisi liburan lebaran, ada yang berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, ada juga yang healing ke tempat rekreasi atau objek wisata untuk melepas lelah dan penat setelah sebulan berpuasa.
Ucapan yang seringkali terdengar di saat hari raya adalah “Minal ‘Aidin wal Faizin”, semoga kita termasuk orang yang merayakannya dan termasuk orang yang beruntung (meraih kemenangan).
Pernah terlintaskah dalam pikiran kita bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merayakan hari lebaran bersama para sahabatnya? Nuansa dan suasananya seperti apa?
Pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat merayakan lebaran setelah meraih kemenangan gilang gemilang dalam perang Badar, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentakdirkan kemenangan yang menyebabkan 70 jendral kafir Quraisy terbunuh, termasuk Abu Jahal, Utbah bin Rabiah, Uqbah bin Abu Mu’ith dan yang lainnya, mereka mengalami kekalahan telak dan menderita kerugian yang luar biasa, baik kerugian logistik, anggaran militer, dan alat alat perang yang mereka tinggalkan menjadi ghanimah kaum Muslimin, biaya besar yang mereka keluarkan untuk mendanai perang dari sumber sumber perekonomian mereka tidak membuahkan hasil.
Mekkah mengalami guncangan ekonomi yang serius pasca perang Badar.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Abu Hasan Ali Al Nadawy dalam kitab Sirah Nabawiyah yang ditulisnya, mengistilahkan kekalahan perang Badar dengan “Dhorbatun askariyyah wa iqtishadiyyah”, pukulan telak secara militer dan ekonomi.
Sementara pada bulan Syawal tahun kedelapan Hijriyah, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, kembali merayakan hari lebaran dengan puncak kemenangan yang nyata, setelah kurang lebih 20 tahun beliau mengkonsolidasikan shaff dakwah, menyusun program, mengatur strategi perencanaan, hingga akhirnya memiliki kedaulatan penuh atas kota Mekkah, melalui peristiwa Fathu Mekkah.
Kemenangan Badar bisa disebut Bidayah Al- Nashr, awal kemenangan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan, awal kemenangan itu menjadi modal sepirit perjuangan untuk meraih kemenangan kemenangan berikutnya.
Sementara Fathu Mekkah dapat disebut Muntaha Al-Nashr, puncak kemenangan, kemenangan atas paganisme dan kemusyrikan, kemenangan melawan arogansi kekuasaan, dan kemenangan mempersembahkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, dengan amnesti massal bagi seluruh penduduk mekkah, menghapus dendan dan marah, dan memperlakukan lawan politik dengan sikap bijak dan kesatria.
Lebaran Terindah Bersama Rasulullah dan Sahabat
Lebaran Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat di tahun kedelapan Hijriyah tersebut dirayakan berbarengan atas kemenangan meraih kedaulatan penuh atas kota Mekkah.
Hal itu ditandai saat beliau berada di dalam Ka’bah lalu berpeganga pada dua sisi pintu Ka’bah menghadap ke khalayak yang berkumpul di sekitar Ka’bah seraya bersabda:
لا اله الا الله وحده صدق وعده ونصر عبده و اعز جنده وهزم الاحزاب وحده
Laa Ilaaha Illallahu wahdah Shadaqa wa’dah wa Nashara ‘abdah wa A’azza jundah wa hazamal Ahzaaba wahdah.
Baca juga: Ucapan Selamat Lebaran yang Diajarkan Rasulullah
Kalimat inilah yang diulang ulang oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat saat menjelang shalat Iedul Fitri,di tengah lantunan takbir yang membahana, kebahagiaan membincah dalam hatinya, merasakan anugrah kemenangan yang telah didatangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, namun kesedihan pun meliputi relung kalbunya karena kehilangan saudara dan sahabat terbaiknya, Hamzah bin Abdul Mutthalib, As’ad bin Zararah, Mush’ab bin Umair, Saad bin Muadz, Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rowahah, Ja’far bin Abu Thalib, dan yang lainnya.
Mereka adalah barisan syuhada yang telah banyak berkontribusi untuk kemenangan dakwah.
Kemenangan yang didatangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul NYA, tidak serta merta membuat beliau jumawa, sebaliknya beliau banyak bertasbih dan beristighfar, agar anugrah kemenangan itu tidak membuatnya menjadi ujub dan riya, terlebih setelah kemenangan itu berbondong bondong manusia datang untuk menyatakan keislamannya, sebagaimana dijelskan dalam surat Al – Nashr:
{ إِذَا جَاۤءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ (1) وَرَأَیۡتَ ٱلنَّاسَ یَدۡخُلُونَ فِی دِینِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجࣰا (2) فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا (3) }
(QS. An Nasr: 1-3)
Perjuangan Rassulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, mengingatkan kita akan perjuangan umat Islam di Palestina khususnya di Gaza untuk kemenangan pembebasan negerinya.
Semoga operasi Badai al Aqsha yang telah dijalankan menjadi Bidayah Al-Nashr dengan kehancuran militer Israel dan kebangkrutan ekonominya, sehingga pada gilirannya Muntaha Al-Nashr, dengan ketaklukan. israel sepenuhnya dan runtuhnya arogansi kekuasaan Israel di muka bumi.
Jika remaja dan kaum muda pejuang Palestina bahkan orang orang tua mereka ditanya, kapankah Muntaha Al Nashr terjadi? Dengan lantang mereka menjawab:
عَسَىٰۤ أَن یَكُونَ قَرِیبࣰا
Semoga kemenangan akan terjadi dalam waktu dekat. (Surat Al-Isra’: 51).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah