EMAS menjadi sorotan di Bulan April ini. Harganya melonjak dahsyat. Kini, sudah di atas dua jutaan rupiah.
Selain gonjang-ganjing perang dagang AS dan Cina, harga emas juga ikutan bikin heboh. Kini, harganya sudah di atas dua juta rupiah. Wow!
Bandingkan dengan harga emas pada April 2019 lalu, atau enam tahun lewat. Harganya berkisar antara 600 ribu hingga 700 ribu. Atau mengalami kenaikan tiga kali lipat dalam kurun waktu enam tahun.
Fenomena ekonominya juga tidak lazim. Biasanya, kalau barang yang mengalami kenaikan tinggi akan ‘dijauhi’ konsumen. Tapi beda dengan emas kali ini. Justru banyak orang antri membeli emas.
Ada apa dengan emas?
Emas merupakan logam mulia yang stabil nilainya. Itulah kenapa di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, nilai tukar yang dilakukan dengan menggunakan dinar emas atau dirham perak.
Di masa Nabi, ada seorang sahabat yang mau menikah. Ia tidak punya apa-apa untuk resepsi atau hidangan untuk undangan yang hadir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadiahkannya satu dinar emas. Nabi berpesan agar uang itu untuk dibelikan seekor kambing untuk disajikan kepada yang hadir.
Kira-kira, masih senilaikah satu dinar emas di masa Nabi dengan di masa kita saat ini? Apa bisa satu dinar dibelikan seekor kambing dengan harga saat ini?
Menarik sekali pertanyaan ini. Berapa nilai satu dinar emas? Satu dinar emas senilai dengan 4,25 gram emas. Kalau harga emas seharga dua juta, maka nilai rupiahnya kira-kira 8 juta rupiah. Nilai sebesar itu sangat relevan dengan seekor kambing. Bahkan lebih.
Jadi, selama lebih dari 1.400 tahun, nilai tukar dinar emas tidak berubah hingga saat ini. Bandingkan dengan uang rupiah.
Jadi, ada semacam ketidakpercayaan publik terhadap nilai uang yang ada saat ini. Terutama dari mereka para orang kaya. Mereka khawatir uang mereka yang banyak itu akan menyusut di zaman yang penuh gonjang-ganjing saat ini. Karena itulah, mereka mengamankannya dengan menyimpan emas daripada menyimpan uang.
Selain itu, pemerintah sesuai undang-undang hanya menjamin simpanan nasabah di bank maksimal 2 milyar rupiah. Selebihnya, menjadi risiko nasabah sendiri.
Biasanya, orang-orang kaya mengalihkan simpanan uang mereka ke investasi usaha. Tapi masalahnya, di masa kekacauan ekonomi saat ini, hampir semua usaha menjadi ‘lumpuh’. Karena itulah, mereka memborong emas.
Nah, semakin terjadi pemborongan besar-besaran, maka harga emas akan terus melejit tak karuan. Bahkan ada yang mengatakan, hanya dalam sehari, nilai emas per gramnya bisa naik ratusan ribu.
Masalahnya kenaikan emas akan berimbas ke banyak urusan. Salah satunya, tentang nilai mahar pernikahan.
Kalau enam tahun lalu, 10 gram emas untuk mahar nilainya 7 juta rupiah. Kini, di berat yang sama, nilainya sudah 20 juta rupiah lebih. Padahal, nyari duit 7 juta saja, susahnya bukan main di suasana saat ini. Apalagi melonjak jadi 20 juta?
Semoga fenomena memprihatinkan ini tidak kian menyurutkan semangat para lajang untuk segera menikah.
Sebuah pelajaran berharga: kalau ingin menabung di saat normal, menabunglah dengan nilai emas. Meski tak ada bunga, tapi lompatan harganya bisa berlipat-lipat.
Inilah fenomena miris saat ini: yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Persis seperti lagu Rhoma Irama. Terlalu! [Mh]