KETIKA berlangsung Baiat Aqabah pertama antara Rasulullah dengan 13 kaum muslimin dari Madinah, di satu tempat yang jauh dari pantauan kaum kafir Quraisy, Abdullah ibnu Rawahah termasuk satu dari 13 orang itu.
Merekalah yang akan bertugas menyebarkan Islam di Madinah. Mempersiapkan Madinah untuk tujuan hijrah yang menjadi pintu gerbang kejayaan Islam.
Ketika di tahun berikutnya berlangsung Baiat Aqabah kedua, yang dihadiri oleh 73 kaum muslimin dari Madinah, Abdullah ibnu Rawahah termasuk satu dari 73 orang itu.
Baca Juga: Syair Indah Abdullah Ibnu Rawahah
Setelah Rasulullah bersama kaum muslimin Mekah hijrah ke Madinah dan menetap di sana, maka dari kalangan kaum Anshar, Abdullah bin Ubay, pemimpin golongan munafik, yang telah dipersiapkan oleh penduduk Madinah untuk diangkat menjadi raja sebelum Islam hijrah ke sana.
Abdullah bin Ubay selalu menggunakan kesempatan yang ada untuk menjatuhkan Islam. Namun berkat kewaspadaan Abdullah ibnu Rawahah yang terus-menerus memantau gerak-geriknya, semua upaya jahat Abdullah bin Ubay dapat digagalkan.
Abdullah Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di satu lingkungan yang langka dengan kepandaian baca-tulis. Ia juga seorang penyair yang piawai. Untaian syairnya begitu kuat dan indah.
Sejak memeluk Islam, kemampuannya bersyair dipergunakan untuk mengabdi bagi kejayaan Islam.
Rasulullah menyukai dan menikmati syair-syairnya. Tidak jarang beliau memintanya untuk melantunkan syair.
Pada suatu hari, ketika Nabi sedang duduk bersama beberapa kaum muslimin, Abdullah ibnu Rawahah datang untuk bergabung. Nabi bertanya, “Apa yang kamu lakukan bila kamu hendak bersyair?”
Abdullah menjawab, “Aku berkonsentrasi, lalu bersyair.”
“Wahai keluarga Hasyim yang penuh kebahagiaan
Allah lebihkan kalian dengan berbagai keistimewaan
Iri dan dengki tidak perlu kami lakukan
Padamu ada firasat kebaikan
Berbeda dengan apa yang mereka harapkan
Mereka takkan menjawab apalagi memberi pertolongan
Tegarlah,
Allah pasti memberikan pertolongan dan kemenangan
Kisah Musa dan pengikutnya masih dalam ingatan”
Mendengar itu, Rasulullah sangat senang dan puas. Beliau bersabda, “Allah juga pasti memberikan keteguhan kepadamu.”
Dan, sewaktu Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada ‘Umrah Qadha, Abdullah ibnu Rawahah berada di dekat beliau sambil melantunkan syairnya,
“Tuhan, kalau bukan karena-Mu, kami pasti tidak mendapat hidayah
Tuhan, kalau bukan karena-Mu, kami pasti tidak shalat dan bersedekah
Berikan kami kedamaian
Berikan kami keteguhan
Kami tidak mau menemui kehancuran
Oleh tangan-tangan tiran dan sewenang-wenang”
Kaum muslimin pun mengulang-ulang syair-syairnya yang indah itu. Penyair yang produktif ini amat berduka sewaktu turun firman Allah,
“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang sesat.” (Asy-Syu’ara : 224)
Akan tetapi, dukanya terobati saat turun firman Allah, “Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shalih dan banyak menyebut Allah serta mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.” (Asy-Syu’ara : 227)
Sumber: 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom