ChanelMuslim.com – Nama aslinya Abdu Amru. Sebuah nama yang janggal, dan kemudian Rasul menggantinya dengan Abdurrahman bin Auf. Saudagar kaya dan sukses ini masuk Islam dua hari setelah sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, masuk Islam.
Ketika datang perintah hijrah ke Madinah, semua saudagar muslim berangkat ke Madinah tanpa membawa harta mereka. Hanya membawa diri sendiri. Termasuk yang dialami Abdurrahman bin Auf.
Di Madinah, Rasul mempersaudarakan sahabat Abdurrahman bin Auf dengan Saad bin Rabi’, seorang sahabat asli Madinah yang sangat kaya. Sahabat yang usianya lebih muda 10 tahun dari Rasul ini menolak halus semua tawaran kebaikan yang disampaikan saudara barunya: harta, bahkan salah satu isteri Saad jika Abdurrahman tertarik.
Baca Juga: Tabuk, Salah Satu Permata Saudi yang Kaya Situs Arkeologi
Kaya
Abdurrahman hanya minta ditunjukkan pasar. Saad pun menemani Abdurrahman melihat lokasi dan keadaan pasar. “Area pasar ini milik saudagar Yahudi, dan para pedagang menyewa kios kepada dia,” jelas Saad ketika Abdurrahman menanyakan perihal pasar di Madinah itu.
Abdurrahman pun menoleh ke arah tanah kosong yang bersebelahan dengan pasar. “Apakah tanah ini mau dijual pemiliknya?” tanya Abdurrahman ke Saad. “Kalau mau dijual, jika Anda tidak keberatan, sebaiknya dibeli saja,” lanjut Abdurrahman yang dipahami Saad. Dan Saad pun menyetujui saran Abdurrahman.
Abdurrahman langsung mengolah tanah yang baru dibeli sahabatnya. Ia buatkan di tanah kosong itu, kios-kios yang bersih yang mutunya di atas kios pasar Madinah.
Ia dan saudara barunya pun mengumumkan kepada para pedagang. “Sudah tersedia kios-kios bagus di sebelah pasar. Tanpa biaya sewa. Siapa pun bisa memiliki. Hanya bagi hasil dengan pemilik lahan, yaitu ia dan saudaranya, Saad.
Sebuah penawaran menarik. Semua pedagang pindah kios ke tempat yang ditawarkan Abdurrahman bin Auf. Dan bangkrutlah saudagar Yahudi si pemilik pasar.
Hanya dalam waktu hitungan bulan, Abdurrahman sudah mampu menginfakkan sebagian hartanya untuk jihad Perang Badar. Besarnya 200 dinar, atau sekitar 400 juta rupiah. Jumlah yang luar biasa untuk membiayai 313 pasukan Badar saat itu.
Di saat Perang Tabuk, Abdurrahmanlah satu-satunya sahabat kaya Rasul yang menyatakan infak sebesar 100 persen kekayaannya. Atas bimbingan Allah swt., Rasulullah menerima infak Abdurrahman sebagiannya saja.
Di akhir hayat kehidupan, Rasul pernah berpesan agar Abdurrahman bersedia membiayai isteri-isteri beliau saw. kelak. Abdurrahman pun menyanggupi.
Sahabat mulia ini wafat di masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Ia meninggalkan 28 anak laki-laki, 6 puteri, dan 4 isteri. Ia pun sudah mewasiatkan harta untuk diberikan isteri-isteri Rasul sebesar 40 ribu dinar, atau setara 80 milyar rupiah.
Berapakah warisan yang diterima keluarga Abdurrahman? Untuk isteri beliau r.a. saja, menerima sebesar 80 ribu dinar. Atau setara 160 milyar rupiah. Entah berapa besarnya warisan yang beliau tinggalkan secara keseluruhannya. Subhanallah.
**
Allah swt. melimpahkan kekayaan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan membatasi kekayaan kepada siapa yang Dia kehendaki. Berdoalah, agar kekayaan yang Allah berikan tidak sekadar melimpah. Melainkan juga bernilai berkah: dunia dan akhirat. (muhammad nuh/foto: mrluthfiscorner)