MELANJUTKAN halaman sebelumnya mengenai ikhtiar dalam mengelola harta untuk menuju ridhonya.
Paling tidak terdapat empat poin penting yang perlu kita cermati dari ayat ke 77 dari surat Al-Qashas ini.
Pertama, orientasikan harta agar bernilai positif di kehidupan akhirat.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat.
Allah Ta’ala telah melimpahkan anugerah, karunia, nikmat yang demikian banyaknya.
Kita dianugerahi harta, keluarga, tetangga, teman, pekerjaan, ketrampilan, pengetahuan, kesehatan dan kesempatan.
Maka hendaklah kita berikhtiar maksimal agar mampu ridho menerima dengan legawa semua karunia Allah, menerima dengan penuh kesyukuran.
Sebelum kita mengharap ridho dari Allah, kita harus ridha dulu dengan pemberian Allah kepada kita, mau menerima qadha dan qadarnya.
Sungguh Allah telah membagikan rezeki dan karunia-Nya kepada manusia dengan penuh keadilan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Masing-masing orang mendapatkan jatahnya yang berbeda dengan orang lain.
Semuanya Allah berikan sesuai dengan pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.
Maka, yakinilah bahwa rezeki yang kita dapatkan adalah porsi yang paling tepat dan sesuai untuk kita.
Tidak perlu iri dan dengki karena beranggapan orang lain mendapatkan karunia harta yang lebih banyak.
Apalagi sampai melakukan perbuatan yang kriminal seperti korupsi, mencuri, merampas dan merampok hak milik orang lain.
Allah telah berjanji untuk memberi rezeki kepada semua makhluk-Nya di alam semesta ini.
Ikhtiar Mengelola Harta Menuju Ridhonya (2)
Tugas kita sebagai hamba adalah adalah mensyukuri karunia rezeki Allah tersebut, dan menggunakannya sebagai sarana untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan ber-taqarrub kepada-Nya dengan berbagai bentuk ketaatan dan ketundukan.
Pada dasarnya, karunia Allah yang berupa harta, kuasa dan ilmu adalah merupakan wasilah atau alat agar kita mampu taat dengan berbagai bentuk ibadah.
Semakin banyak harta, semakin tinggi kuasa atau jabatan dan semakin banyak ilmu, harusnya selaras dengan semakin banyak dan bertambahnya ibadah yang dilakukan.
Kedua
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Frasa ini menjelaskan bahwa kita boleh merasakan dan menikmati bagian kita di kehidupan dunia.
Allah Ta’ala memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati indah dan nikmatnya dunia, tentu dalam batas-batas yang diperbolehkan.
Baca juga: Ikhtiar Mengelola Harta Menuju Ridhonya (1)
Allah menciptakan segala yang ada di dunia ini untuk menunjang suksesnya misi manusia sebagai khalifatullah fil ardh, yaitu sebagai makhluk yang diberi tugas untuk mengatur, mengelola, merawat dan mempergunakan alam dan isinya untuk kemaslahatan kehidupan.
Misi yang Allah amanahkan kepada manusia dalam menjalankan tugas sebagai khalifah dibarengi dengan fasilitas yang lengkap dan sarana yang sangat memadai.
Dan di tengah proses menjalankan amanah tersebut, manusia diberi kesempatan, kelonggaran dan keleluasaan untuk menikmati kenikmatan duniawi.
Kita bisa menikmati kebahagiaan di tengah menjalankan tugas dan kewajiban.
Dan menikmati kebaikan dan kebahagiaan bisa diawali dari mulai saat ini, di dunia ini, hingga nanti di akhirat.
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).[Sdz]