SAHABAT, pernahkah kamu mendengar bahwa es krim merupakan bagian dari warisan peradaban Islam? Minuman yang sekarang kita kenal sebagai es krim bersumber dari kuliner peradaban Islam Andalusia.
Travel Writer dan juga penulis buku Journey to the Light @uttiek.herlambang menulis mengenai sejarah es krim dikaitkan dengan berkembangnya waralaba es krim Mixue di tanah air.
Berawal dari modal pinjaman sebesar 4.000 yuan (Rp8 juta) tahun 1997, perusahaan itu kini mencatatkan pendapatan 6,5 miliar yuan (Rp 13 triliun) per tahun.
Dari satu gerai sederhana di kota kecil Zhengzhou, kini berekspansi menjadi 20.000 gerai waralaba di Asia, termasuk Indonesia.
Gerai es krim yang ekspansinya luar biasa itu adalah Mixue. Belum lama ramai dibicarakan di sosial media terkait status kehalalannya yang masih diragukan.
Begitu agresifnya hingga muncul anekdot, kalau ada ruko yang terlihat nganggur, maka tak lama akan diakuisisi menjadi gerai es krim itu.
Hanya dalam waktu singkat, sekurangnya telah berdiri 300 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Sekalipun dalam Encyclopaedia Britannica disebutkan kalau olahan minuman dingin sudah ditemukan pada peradaban Cina 200 SM, lalu dikembangkan pada masa Kaisar Nero Claudius Caesar dari Romawi pada 4 SM, namun minuman itu lebih mirip dengan es serut yang kita kenal sekarang.
Baca Juga: Ragusa Es Italia, Toko Es Krim Tertua yang Tetap Buka hingga Sekarang di Pusat Jakarta
Es Krim Warisan Peradaban Islam
View this post on Instagram
Pada waktu itu es diambil dari salju yang ada di pegunungan lalu dipadukan dengan aneka buah dan diguyur madu.
Minuman yang sekarang kita kenal sebagai es krim bersumber dari kuliner peradaban Islam Andalusia.
Tak hanya membuat es krim, Muslim Andalusia juga sudah bisa membuat wadah untuk menyimpan es supaya tetap dingin dan beku. Alat itu semacam “termos” yang kita kenal sekarang, yang bisa menjaga suhu tetap konstan.
Olahan es krim dan alat penyimpannya itu kemudian dibawa ke negeri-negeri Muslim, termasuk Sisilia yang merupakan bagian dari daulah Islam pada masa itu.
Dari sanalah kemudian es krim dikenal sebagai signature dish Italia. Es krim yang dalam bahasa Italia disebut cassata, juga bersumber dari bahasa Arab: qashada (krim).
Tak hanya itu, Ernest Hamwi asal Suriah yang menjual sesuatu dengan sebutan zalabia, merupakan penemu cone. Ia membentuk waffle menjadi corong yang bisa diisi es krim. Itu adalah cone es krim pertama di dunia.
Sisilia dan sebagian Italia pernah menjadi bagian dari daulah Islam yang sangat luar biasa. Selama lebih dari 200 tahun Daulah Aghlabiyah memerintah negeri itu.
Daulah Aghlabiyah awalnya adalah bagian dari Daulah Abbasiyah, yang akhirnya mendapat otonomi. Wilayahnya meliputi Tunisia, Aljazair, dan beberapa wilayah di Afrika Utara hingga kepulauan Sisilia.
“Setidaknya ada 300 masjid berdiri di negeri itu. Sebuah universitas Islam bernama University of Balerm menjadi pusat keilmuwan. Sisilia adalah pusat peradaban Islam di Eropa setelah Cordoba,” tulis geografer Muslim Ibn Hawqal dalam kitabnya “Al Masalik wal Mamlik”. Ia berada di Sisilia pada 972 M.
Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari oleh penduduk yang beragama Islam dan Nasrani.
Jumlah kosakata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Italia mendekati 300 kata, termasuk souk yang berarti pasar dan cassata yang artinya es krim.[ind]