DOA dan tipologi manusia. Allah berfirman dalam Az-Zumar ayat 8:
وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهٗ مُنِيْبًا اِلَيْهِ ثُمَّ اِذَا خَوَّلَهٗ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُوْٓا اِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلّٰهِ اَنْدَادًا لِّيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖۗ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيْلًاۖ اِنَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِ ٨
Apabila ditimpa bencana, manusia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya.
Akan tetapi, apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa terhadap apa yang pernah dia mohonkan kepada Allah sebelum itu dan dia menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bersenang-senanglah dengan kekufuranmu untuk sementara waktu! Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.”
Ada sebagian orang, karena sudah merasa terpojok, terjepit, tidak ada lagi yang bisa diharapkan, semua pintu usaha terasa sudah tertutup di hadapannya.
Saat itu, ia baru merasa lemah dan harus berdoa, menengadahkan kedua tangannya kepada Sang Mahaperkasa.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ia hanya akan meminta pertolongan kepada Allah ketika dalam kondisi butuh dan lemah.
Apabila ia merasa aman dan nyaman, maka ia tidak segan-segan meninggalkan Tuhannya yang telah menolongnyo pada waktu ia merasa lemah dan sempit.
Inilah titik kelemahan manusia yang diperingatkan oleh Allah.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam.” (HR. At-Thabari).
Baca juga: Agar Doa Tidak Tertolak
Doa dan Tipologi Manusia
Sebaliknya, ada seseorang yang berdoa, bermunajat, menangis tersedu-sedu memohon kepada Sang Maha Pemberi.
Bukan karena ia saat itu merasa terpojok dan terjepit, bukan pula karena semua pintu usaha merasa sudah tertutup di hadapannya.
Justru ia masih dalam kondisi aman dan nyaman.
Namun ia tetap berdoa karena menyadari bahwa doa itu adalah sebuah penghambaan, kewajiban, dan bukti kesyukuran yang harus ia lakukan.
Bukan hanya sekedar tempat pelarian ketika saat merasa buntu dan lemah.
Namun ia memiliki kekuatan untuk selalu bersyukur dan istiqamah dalam menyandarkan dirinya kepada Allah dan memohon-Nya dalam segala kondisi.
Inilah titik kekuatan yang dipuji oleh Allah dan Dia akan menambahinya dengan berbagai kenikmatan (Ibrahim:7).
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]