Assalamualaikum warrahnatullahi wabarakatuh. Kota Depok merupakan salah satu penyangga utama Ibu Kota DKI Jakarta. Depok memiliki sejarah yang panjang sebagai bagian dari Provinsi Jawa Barat, termasuk wilayah Kabupaten Bogor, Kota Administratif hingga menjadi Kota tersendiri pada tanggal 27 April 1999.
Sebagai salah satu penyangga utama Ibu Kota Indonesia, Kota Depok memiliki peran penting sekaligus posisi geografis yang amat strategis sebagai penghubung Jakarta-Bogor.
Sejak berdiri pada 1999, Kota Depok sudah dipimpin oleh 3 Wali Kota. Badrul Kamal merupakan Wali Kota Pertama yang menjabat tahun 1999 sampai 2006.
Dalam pemilihan Kepala Daerah tahun 2006, Badrul Kamal digantikan oleh Nur Mahmudi Ismail yang berpasangan dengan Yuyun Wirasaputra.
Nur Mahmudi merupakan kader terbaik PKS, mantan Presiden Partai Keadilan (cikal bakal PKS) juga mantan Menteri era Presiden Soeharto.
Oleh banyak pihak dan lembaga, Nur Mahmudi dinilai sebagai sosok Wali Kota yang berhasil. Hingga dirinya kembali terpilih pada Pilkada 2011.
Pada Pilkada 2011, Nur Mahmudi berpasangan dengan Kiyai dan akademisi, KH Idris Abdul Somad. Kiyai Idris merupakan lulusan Pondok Modern Gontor Ponorogo sekaligus doktor bidang Syariah dari Universitas Islam Imam Ibnu Su'ud, Arab Saudi.
Kiyai Idris inilah yang kemudian menggantikan Nur Mahmudi Ismail yang sudah dua kali menjabat sebagai Wali Kota (2006-2016) sehingga dilarang mencalonkan diri kembali. Kiyai Idris dari PKS berpasangan dengan Pradi Supriatna, seorang politisi Partai Gerindra dan mulai menjabat pada Februari 2016.
Nah, sejarah Depok sendiri memiliki berbagai versi. Yang paling masyhur, ada dua riwayat.
Pertama, kata Depok berasal dari Bahasa Betawi _ndeprok_. Kisahnya, saat itu Prabu Siliwangi sedang melakukan perjalanan dakwah dari wilayah Jawa Barat menuju Jawa Tengah.
Sang Prabu istirahat santai alias _ndeprok_ di sebuah wilayah yang kemudian dikenal dengan Depok.
Versi kedua menyebutkan kisah perjalanan dakwah Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten. Sultan Ageng mendirikan salah satu pesantren yang dulu disebut sebagai _padepokan_ di sebuah wilayah yang kemudian disebut sebagai depok (singkatan dari Padepokan).
Dari dua sumber ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Depok memiliki sejarah kuat yang dekat dengan Islam dan perjuangan ummat. Tak heran jika Depok menjadi bagian penting bagi perjuangan politik di tingkat Nasional, Ibu Kota Jakarta maupun di Provinsi Jawa Barat.
Kota Depok memiliki perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Saat masih menjadi Kota Administratif, jumlah penduduk hanya sekitar 300.000. Namun setelah menjadi Kota, jumlahnya meningkat pesat hingga kisaran 1,5juta jiwa.
Posisi strategis Depok yang berada di antara Bogor dan Jakarta menjadi pertimbangan utama masyarakat yang merasa terlalu jauh beraktivitas dari Bogor ke Jakarta, atau yang sudah merasa penuh sesak tinggal di Ibu Kota.
Ditambah lagi dengan adanya berbagai universitas ternama di wilayah Depok, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma dan lainnya menjadi daya tarik tersendiri hingga banyak masyarakat yang memilih tinggal di Kota Depok.
Depok tentu menjadi harapan besar bagi masyarakat Ibu Kota juga Jawa Barat. Meski wilayahnya kecil, Depok diharapkan menjadi penopang yang hadirkan solusi.
Dan salah satu cara yang bisa ditempuh ialah dengan menghadirkan pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas dan memiliki visi keummatan dalam jangkauan yang luas.
Pemimpin dan Wakil Rakyat inilah yang akan memperjuangkan keadilan hingga kesejahteraan terwujud untuk semua masyarakat tanpa mengenal sekat agama dan budaya. Apalagi mereka yang bervisi misi Islam, tentu akan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Bismillah, Ayo berkhidmat bersama. Semoga kita bisa memberikan peran terbaik untuk Depok yang menjadi harapan. Depok yang makmur dan mandiri *tanpa riba*.
Salam untuk keluarga
– Bunda Ermi –
——————————