Chanelmuslim.com – Catatan Akhir Amru bin Ash
Pada tahun ke-43 Hijrah, Amru bin Ash wafat di Mesir. Saat itu, ia menjabat sebagai gubernur Mesir. Detik-detik menjelang kepergiannya itu, ia memaparkan perjalanan hidupnya, “Pada awalnya aku ini seorang kafir. Saat itu aku sangat kejam terhadap Rasulullah. Seandainya aku mati saat itu, pasti aku masuk neraka. Kemudian aku berbaiat kepada Rasulullah.
Sejak saat itu, dialah orang yang paling kucintai dan paling kuhormati. Jika aku diminta menyifatinya, aku tidak akan mampu, karena aku tidak pernah kuasa memandangnya sampai puas, karena rasa hormatku kepadanya.
Seandainya saat itu aku mati, aku berharap menjadi ahli surga. Setelah itu, aku diuji dengan kekuasaan dan perkara-perkara lain, yang aku sendiri tidak tahu: apakah semua itu akan membawa keuntungan bagi diriku ataukah kerugian.”
Baca Juga: Catatan Hati yang Tertinggal
Catatan Akhir Amru bin Ash
Kemudian, ia memandang ke atas penuh khusyu’, bermunajat kepada Tuhannya yang Maha Pengasih dan Maha Agung,
“Ya Allah, aku ini tidak luput dari kesalahan, maka maafkanlah aku. Aku juga penuh kelemahan, maka -tolonglah aku. Jika aku tidak mendapatkan rahmat dari-Mu, aku pasti celaka.”
la terus bermunajat dengan khusyu’ hingga ruhnya terbang menghadap Allah. Kata-katanya yang terakhir adalah La ilaha illallah.
Di pangkuan bumi Mesir, negeri yang dibimbing oleh Amru untuk menerima Islam, jasad Amru dikuburkan.
Dan di atas tanahnya yang keras, tempat duduknya yang dulu ia pergunakan untuk mengajar, memutuskan perkara dan memerintah, tetap berdiri tegak selama berabad-abad di bawah atap Masjid Agung Amru bin Ash, yang merupakan masjid pertama di Mesir.
Di sana, asma Allah yang Maha Esa diagungkan, kalimat Allah dan prinsip Islam digemakan dari puncak menaranya.
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Ithishom