CARA Nabi Muhammad berbicara adalah beliau selalu mengucapkan sesuatu dengan jelas sehingga mudah dipahami bagi siapa saja yang mendengarnya. Rasulullah berbicara tidak terlalu cept dan terkadang mengulang-ulang apa yang disampaikannya sampai tiga kali.
Hal tersebut bertujuan agar siapa pun yang mendengarnya berbicara bisa memahami apa maksudnya.
Baca Juga: Gua Hira dan Nabi Muhammad
Cara Nabi Muhammad Berbicara
Ustaz Abdullah Zaen, Lc., M.A. menjelaskan bahwa dalam buku Sehari di Rumah Rasulullah karya Abdul Malik Ibnu M. Al-Qasim, Anas bin Malik berkata dalam hadits Bukhari, “Nabi itu dahulu mengulang-ulang ucapannya tiga kali supaya bisa dipahami.”
“Nabi itu kalau bicara, beliau ingin orang yang di hadapannya itu paham. Jadi bukan sekadar omong. Tapi bisa dipahami. Kalau perlu bisa paham, diulang tiga kali tidak masalah. Menunjukkan bahwa Rasulullah punya semangat tinggi,” ujar Ustaz Abdullah Zaen seperti dikutip dari channel youtube Yufid TV.
Ada sebuah hadits yang disampaikan Ibnu Mas`ud. Suatu ketika, ada seseorang menghadap kepada Rasulullah. Beliau ingin menyampaikan sesuatu, tapi sudah gemetaran duluan karena menghadap Rasulullah.
Begitu Nabi Muhammad melihat orang itu gemetaran, Nabi pun berkata, “Tenang saja. Aku ini bukan Raja. Aku ini anak wanita biasa yang sering makan dendeng.”
Rasulullah menyampaikan hal tersebut karena ingin orang itu tidak gerogi yang mana dikhawatirkan dia tidak mengerti apa yang nanti disampaikan Rasulullah.
Ustaz Abdullah Zaen pun mengingatkan apabila kita bertemu dengan orang dan orang itu sudah grogi duluan, kita jangan langsung senang karena merasa diri berwibawa atau hebat.
“Yang namanya berwibawa itu tidak mesti takut. Namun, orang hormat. Wibawa akan terpancar ketika seseorang punya belas kasih, kasih sayang kepada orang lain. Itulah yang dicontohkan Rasulullah,” tambah sang ustaz.
Intinya, ketika berbicara, Rasulullah akan berbicara dengan jelas dan tidak terburu-buru agar si pendengar bisa memahami apa yang dimaksud Rasulullah.
Dari cara bicara Rasulullah ini, kita bisa mengambil pelajaran untuk berusaha menjadi orang yang mudah memahami sesuatu. Seperti halnya dalam makanan yang tidak disuka.
Rasulullah tidak mencela makanan itu, tetapi hanya meninggalkan. Hal tersebut membuat istrinya yang memasak langsung memahami bahwa Rasulullah tidak senang dengan masakan itu.
Dari sini, kita bisa melihat betapa halus serta sopan tutur kata dari Rasulullah sehingga tidak mau menyakiti siapa pun. Nabi dan para sahabat adalah orang perasa sehingga memiliki kepekaan tinggi.
Jadi, saat kita ingin berbicara kepada orang lain, pastikan agar orang yang mendengarkan merasa nyaman. Setelah itu, bicaralah dengan jelas, tenang, dan ulangi sampai tiga kali apabila si pendengar masih belum memahami. [Cms]