GUA Hira dan Nabi Muhammad. Setiap tahun, Muhammad meninggalkan Mekah untuk menghabiskan bulan Ramdhan di gua Hira.
Gua sejauh beberapa mil dari perkampungan yang gaduh, berada di puncak gunung Hira yang menghadap ke Mekah. Di sana, beliau menjauhi senda gurau dan tutur kata dari banyak orang. Ketenangan menyeluruh dan menghanyutkan mulai terasa di puncak nan tinggi dan jauh ini.
Muhammad membawa bekal untuk beberapa hari lamanya. Lalu, setelah itu menjauhi seluruh alam dengan mengarahkan hati penuh kerinduan kepada Rabb seluruh alam di tengah gua nan menakutkan itu.
Baca Juga: Memperingati Kelahiran Mulia
Gua Hira dan Nabi Muhammad
Dari puncak gunung Hira, sebuah jiwa besar memandang berbagai fitnah, gejolak, perlakuan semena-mena, dan kehancuran yang diombang-ambingkan dunia. Jiwa besar itu lantas menggeliat menyesal dan bingung karena tidak tahu jalan keluarnya tidak tahu obatnya!
Di dalam gua nan jauh ini. sebuah mata tajam mengulas warisan peninggalan para utusan Allah terdahulu. Mata itu mendapati warisan ini laksana terowongan gelap di mana barang tambang berharga tidak bisa dipisahkan tanpa melalui jerih payah luar biasa, dan mungkin saja tanah bercampur dengan lantakan emas, sehingga manusia tidak mampu memisahkannya.
Di gua hira, Muhammad beribadah, memoles kalbu, membersihkan ruhani, mendekati kebenaran, menjauhi kebatilan hingga kejernihan hati beliau mencapai tingkatan tinggi yang membiaskan hal-hal gaib di hadapan wajah beliau dengan jelas.
Hingga, setiap kali memimpikan sesuatu, pasti terjadi.
Di gua ini, Muhammad berkomunikasi dengan golongan tertinggi.
Sebelumnya, padang pasir juga menyaksiakan saudara Muhammad pergi meninggalkan Mesir kala melarikan diri dan takut, melalui padang luas demi mencari rasa aman, tenang, petunjuk untuk diri dan kaumnya. Diberkahi. Kala mendekati api itu, tiba-tiba panggilan suci memenuhi pendengaran dan menyela ke dalam seluruh perasaannya, “Sungguh, Bacalah, Rabbmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq:1-5) [Cms]
Sumber : Biografi 35 Sahabiyah Nabi, Ummul Quro