Berbuat baik tidak selalu mendapatkan respon baik dari orang lain. Ada kalanya perbuatan baikmu memicu kritik, celaan, cemooh dan umpatan dari orang yang membencimu.
Sangat mustahil mengharapkan semua orang menyukai tindakanmu. Ada orang yang dihatinya berisi kedengkian akan mencari berbagai celah untuk menjatuhkanmu hingga membuatmu meninggalkan kebiasaan baik itu.
Jika Allah yang Maha Pemberi, yang Maha Pengasih, dan yang Maha Segalanya itu mendapat pengkhianatan, celaan, dan pengabaian dari makhluk-Nya, apalagi kita yang serba memiliki kekurangan.
Baca Juga: 6 Cara Mendapatkan Ketenangan Hidup
Bersikap Tenang kepada Orang yang Membencimu
Satu hal yang perlu kamu lakukan, saat seseorang berusaha menjatuhkanmu adalah dengan kamu tetap konsisten menebar manfaat dari apa yang selama ini mereka benci darimu. Bukan untuk membuat mereka semakin geram, tapi untuk membuktikan bahwa kamu melakukan itu murni atas kesadaran diri sebagai insan yang memiliki tugas dari Allah untuk berdakwah.
Di media sosial misalnya, saat kamu mengatakan bahwa perilaku seks menyimpang harus mendapat pengobatan dan pendampingan khusus untuk kembali pada fitrahnya. Maka orang-orang yang menganggap bahwa hal tersebut normal akan mencercamu dengan berbagai argumen yang seolah ilmiah.
Jangan pernah berhenti melakukan kebaikan, saat kamu telah berada di dalamnya. Jangan coba keluar darinya hanya karena ada penggusur yang berusaha mengusirmu dari rumah kebaikan itu.
Teruslah berada di dalamnya sampai mereka lelah dan kamupun semakin kuat dan terbiasa.
Saat kamu menyerukan kebaikan yang ditujukan untuk semua orang, banyak yang akan berterimkasih padamu. Namun, ada pula yang justru tak tahu terimakasih akan menghinamu, maka jangan pernah goyah.
Keberhasilan kebaikan yang kamu perjuangkan tidak diukur dari seberapa besar respon positif dari orang-orang yang menerimanya. Keberhasilan itu ada pada niat awalmu yang lurus semata mengharapkan keridhoan Allah. Dengan niat ini, apapun rintangannya maka akan terlewati.
Orang yang pertama menerima manfaat setelah kamu melakukan kebaikan adalah diri kamu sendiri. Buah dari perbuatanmu itu akan membentuk jiwa, akhlak, dan nuranimu. Kamupun menjadi orang yang pertama kali bahagia, bukan mereka yang menerimanya.
Oleh karena itu, jika kamu dalam kegelisahan, kecemasan, dan kesedihan maka tidak ada yang paling kamu butuhkan selain kebahagiaan. Kebahagiaan ini dapat kamu raih dengan cara melakukan beragam kebaikan.
Jika pola pikir ini telah menguasai jiwamu maka tidak ada lagi ketakutan yang disebabkan oleh orang-orang yang membencimu dan berusaha menghancurkan hidupmu, karena kebahagiaanmu ada pada sikap baikmu yang dilakukan karena Allah. [Ln]