BEGINILAH hisab untuk orang kafir. Para ulama berselisih pendapat tentang orang kafir: apakah mereka dihisab dan ditanya? Atau, mereka diperintahkan ke neraka tanpa ditanya karena amal perbuatan mereka rusak dan hilang, sehingga tidak ada gunanya ditanya dan dihisab? Dan bila mereka dihisab dan ditanya, apakah faedahnya?
Baca Juga: Larangan Menyerupai Orang Kafir
Beginilah Hisab untuk Orang Kafir
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Masalah ini telah dipertentangkan oleh para ulama, di antaranya sahabat Imam Ahmad.
Di antara yang berpendapat bahwa orang kafir tidak dihisab adalah Abu Bakar ‘Abdul Aziz, dan Abu Ya’la. Di antara yang berpendapat bahwa orang kafir dihisab adalah Abu Hafsh al-Barmaki, salah seorang sahabat Imam Ahmad, Abu Sulaiman ad-Dimasyqi, dan Abu Thalib.
Pendapat yang kuat adalah bahwa orang-orang kafir itu dihisab dan ditanya, sebagaimana amal perbuatan mereka juga ditimbang. Banyak nash yang menunjukkan hal itu.
Firman Allah, “Dan (ingatlah) hari ketika Allah memanggil mereka, lalu berkata, ‘Mana sekutu-sekutuKu yang dahulu kalian katakan?” (QS. Al-Qashash: 62)
“Dan (ingatlah) hari ketika Allah memanggil mereka, lalu berkata, ‘Apakah jawaban kalian kepad para rasul itu?” (QS. Al-Qashash: 65)
Tidak diragukan bahwa ayat-ayat di atas berbicara tentang orang-orang kafir dan musyrik.
Adapun mengapa mereka dihisab dan amal perbuatan mereka ditimbang padahal amal perbuatan mereka musnah dan ditolak, ada beberapa alasan.
Pertama, menegakkan argumentasi terhadap mereka dan menunjukkan keadilan Allah kepada mereka.
Tidak ada yang lebih mencintai argumentasi daripada Allah, Dialah pemilik keadilan yang mutlak.
Karena itu, dia menanya dan menghisab mereka, serta menunjukkan kepada mereka catatan-catatan amal perbuatan mereka. Timbangan akan menampakkan besarnya kesalahan mereka dan hinanya perbuatan mereka.
“Dan Kami tegakkan timbangan yang adil pada hari kiamat, sehingga tidak seorang pun dizhalimi walaupun sedikit.
Dan jika amal itu seberat biji sawi pun, Kami akan hitung. Cukuplah Kami sebagai penghitung.” (QS. Al-Anbiya: 47)
Al-Qurthubi mengatakan, “Sang Pencipta menanyai makhluk di dunia dan akhirat untuk menegakkan hujah dan menunjukkan kebijaksanaan.
Kedua, Allah menghisab mereka untuk menghinakan dan merendahkan mereka. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Hisab terhadap orang kafir dimaksudkan untuk membeberkan amal perbuatan mereka dan mencela mereka atas perbuatan itu.
Mungkin juga hisab dimaksudkan untuk menimbang kebaikan dan keburukan. Namun, tidak diragukan lagi, hisab dilakukan untuk maksud yang pertama.
Hisab juga mungkin dilakukan dalam pengertian kedua (penimbangan), guna menunjukkan kesalahan besar orang kafir yang merasa berhak mendapat surga karena kebaikan yang mereka lakukan.
Ibnu Katsir mengatakan, “Ada pun orang-orang kafir, amal perbuatan mereka akan ditimbang, walaupun mereka tidak memiliki kebaikan yang bermanfaat bagi mereka yang dapat mengimbangi kekafiran mereka, untuk menunjukkan kemalangan dan kesalahan mereka di hadapan makhluk.
Ketiga, orang-orang kafir juga terkena taklif atas pokok-pokok syariat dan cabang-cabang syariat, sehingga mereka ditanya, dimintai pertanggungjawaban dan dihisab tentang cabang-cabang syariat, serta dibalas atas pelanggaran mereka terhadap cabang-cabang syariat itu.
Allah berfirman, “Apakah yang menyebabkan kalian masuk kedalam neraka Saqar ini?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang shalat, dan kami tidak memberi makan orang miskin, dan kami membicarakan yang batil bersama orang-orang yang (suka) membicarakan yang batil, dan kami mendustakan hari pembalasan.” (QS. Al-Mudatsir: 42-46) [mh/Cms]