ChanelMuslim.com – Sungguh, menyedihkan sekali ketika membaca berita warga masyarakat yang sedang terkena musibah masih sempat mencari berkah kepada selain Allah Azza Wa Jalla, melalui air cucian kaki orang yang dipandang luar biasa dari mereka. Padahal mencari berkah kepada selain Allah akan mengganggu Aqidah seseorang dan akan berakibat fatal pada nasibnya nanti di akhirat.
Sungguh, bahaya mencari berkah akan membawa pelakunya kepada kesyirikan dan termasuk syirik akbar.
Merujuk kepada tulisan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam laman al manhaj bahwa sejatinya keberkahan berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca Juga : Kisah Heroik Barra’ Bin Malik Menyelamatkan Saudaranya
Namun Allah Azza wa Jalla mengkhususkan sebagian berkah-Nya kepada seorang hamba atau makhluk tertentu yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, seseorang atau suatu makhluk atau benda tidak boleh dinyatakan mempunyai berkah kecuali berdasarkan dalil (dari Al-Qur-an atau as-Sunnah yang shahih).
Berkah artinya kebaikan yang banyak atau kebaikan yang tetap dan tidak hilang.
Al-Qur-an Kitabullah dikatakan mengandung berkah apabila dibaca, difahami dan diamalkan. Ada pula waktu-waktu yang mengandung berkah seperti malam Lailatul Qadar. Tabarruk dengan Lailatul Qadar yaitu dengan melaksanakan ibadah pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan dengan ibadah yang sesuai dengan Sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun tempat yang ada berkahnya seperti Masjidil Haram [2], Masjid Nabawi [3], dan Masjid al-Aqsha.
Ada beberapa hal yang mengandung berkah, baik berbentuk benda yang ada berkahnya seperti air Zamzam, atau amal yang ada berkahnya, yaitu setiap amal shalih yang dikerjakan dengan ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau berbentuk pribadi yang ada berkahnya seperti tubuh para Nabi.
Namun, kita tidak boleh bertabarruk (meminta berkah) kepada manusia beserta peninggalannya, kecuali kepada pribadi dan peninggalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup dan tidak berlaku lagi setelah wafatnya.
Baca Juga : Maulid Nabi Muhammad, Yuk Baca Kisah Nenek Moyang Rasulullah
Semua barang peninggalan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak ada dan lenyap. Setelah wafatnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada seorang pun dari Sahabat yang bertabarruk kepada diri Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu dan lainnya.
Kalau kepada Abu Bakar yang dijamin masuk Surga saja tidak diperbolehkan bagi seorang pun untuk bertabarruk kepadanya, apalagi kepada orang selain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang Mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, harus tunduk kepada wahyu: Al-Qur-an dan As-Sunnah. Tidak boleh mempunyai i’tiqad (keyakinan) tentang sesuatu kecuali berdasarkan dalil. Karena itu tidak boleh menganggap sesuatu mengandung berkah kecuali dengan dalil. Demikian pula tidak boleh bertabarruk dengan sesuatu, apakah itu berupa pohon, batu, kuburan atau lainnya kecuali dengan dalil.
Tabarruk (meminta berkah) termasuk perkara yang berdasarkan kepada nash. Untuk itu tidak boleh bertabarruk
kepada se-suatu kecuali pada hal yang telah dinyatakan oleh dalil.
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan
Ketiga 1427H/Juni 2006M]
(ummumbrk)