ChanelMuslim.com – Arti dari thulul amal adalah panjang angan-angan. Tentunya, sifat tersebut tidak baik untuk kita karena membuat kita tidak mencoba berusaha sebab senang berangan-angan. Selain itu, tidak ada juga jaminan atau bahkan mustahil kita meraihnya.
Baca Juga: Waspada terhadap Bahaya Syaitan, Dapat Membuat Manusia Lupa dan Panjang Angan-angan
Arti Thulul Amal dan Mengapa Harus Dihindari
Dikutip dari channel telegram Fawaid Kang Aswad, channel yang dikelola oleh Ustaz Yulian Purnama, thulul amal adalah terlalu banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia.
Penjelasan para ulama.
وقال المناويّ: الأمل: توقّع حصول الشّيء، وأكثر ما يستعمل فيما يستبعد حصوله
أمّا طول الأمل: فهو الاستمرار في الحرص على الدّنيا ومداومة الانكباب عليها مع كثرة الإعراض عن الآخرة
“Al Munawi mengatakan: Al amal artinya mengangankan terjadinya sesuatu. Namun, istilah ini lebih sering digunakan untuk sesuatu yang kemungkinannya kecil untuk diraih.
Adapun thulul amal artinya: terus-menerus bersemangat mencari dunia dan mencurahkan segala hal untuk dunia, dan di sisi lain, banyak berpaling dari urusan akhirat” (Nudhratun Na’im fi Makarimil Akhlaq, 10/4857).
Allah dan Rasul-Nya mencela sifat panjang angan-angan. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Janganlah kalian seperti orang-orang yang telah diberikan kitab (Ahlul Kitab) sebelumnya, panjang angan-angan mereka sehingga rusak hati mereka. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al Hadid: 16).
Baca Juga: Wahai Keluarga, Jangan Bingung saat Ingin Bertahan oleh Tekanan Covid-19 yang Berkepanjangan
Hati Orang yang Sudah Tua
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا يَزالُ قَلْبُ الكَبِيرِ شابًّا في اثْنَتَيْنِ: في حُبِّ الدُّنْيا وطُولِ الأمَلِ
“Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR. Al Bukhari no. 6420).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu mengatakan:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ اتِّبَاعُ الْهَوَى، وَطُولُ الْأَمَلِ. فَأَمَّا اتِّبَاعُ الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي الْآخِرَةَ
“Perkara yang paling aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, ia akan memalingkan dari kebenaran. Adapun panjang angan-angan, ia akan membuat lupa akan akhirat.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’, 1/76).
Dijelaskan bahwa sikap yang benar itu adalah persedikit angan-angan dalam urusan dunia, lebih banyak fokus dan perhatian pada urusan akhirat.
Seperti orang yang mampir untuk singgah, maka sedikit sekali urusannya dengan tempat singgahnya. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, ia berkata:
أخَذ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بمَنكِبي فقال : ( كُنْ في الدنيا كأنك غريبٌ أو عابرُ سبيلٍ ) . وكان ابنُ عُمرَ يقولُ : إذا أمسيْتَ فلا تنتَظِرِ الصباحَ، وإذا أصبحْتَ فلا تنتظِرِ المساءَ، وخُذْ من صحتِك لمرضِك، ومن حياتِك لموتِك
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam merangkul bahuku lalu bersabda: ‘Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang mampir di tengah perjalanannya’.
Lalu Ibnu Umar mengatakan: ‘jika engkau ada di sore hari, maka jangan menunggu hingga pagi, jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu hingga sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, manfaatkan waktu hidupmu sebelum matimu.'”(HR. Al Bukhari no. 6416).
Sahabat Muslim, semoga kita semua dijauhkan dari sifat panjang angan-angan ini dan bisa berfokus menyiapkan bekal untuk akhirat. [Cms]