ChanelMuslim.com – Sebagian orang menjelaskan bahwa perbedaan Ar-Royah dan Al-Liwa (bendera Nabi saw.) dengan bendera Hizbut Tahrir ada pada tulisannya. Kalau bendera Nabi saw. atau bendera Tauhid hanya bertuliskan kalimat tauhid sementara HTI ada tambahan HTInya. Benarkah?
Mantan petinggi Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto, dalam videonya yang disebar ke medos menjelaskan bahwa HTI tidak punya bendera. Itu merupakan Ar-Roya dan Al-Liwa atau bendera Royah dan Liwa Nabi saw.
Baca Juga: Mahalnya Pengakuan Bendera Tauhid Al-Liwa dan Ar-Royah
Ar-Royah dan Al-Liwa bukan Bendera HTI
Hal ini akan lebih jelas lagi dengan fenomena aksi Hizbut Tahrir di luar negeri. Ketika mereka berdemo, sama sekali tidak ada tulisan di bendera tauhid itu kecuali kalimat tauhid. Tidak ada yang bertuliskan Hizbut Tahrir Inggris misalnya. Semua benderanya hanya bertuliskan Kalimat Tauhid.
Jadi, memilah antara bendera tauhid dengan bendera HTI merupakan hal yang kurang pas. Karena mantan petinggi HTI seperti Ismail Yusanto sendiri telah tegas menyatakan bahwa HTI tidak punya bendera. Melainkan, bendera Nabi saw. atau bendera yang sekarang disebut dengan bendera tauhid.
Lebih parah lagi, jika mengidentikkan semua bendera tauhid yang berwarna hitam atau putih dengan atau tanpa tulisan HTInya sebagai bendera atau identitas HTI. Karena itu sama saja dengan menyamakan bendera Rasul sebagai bendera HTI.
Jadi, bendera yang selama ini digunakan HTI adalah bendera Nabi saw., sementara bendera Nabi saw. bukanlah kekhususan sebagai bendera HTI. Bendera tersebut merupakan identitas umat Islam seluruh dunia.
Ar-Royah dan Al-Liwa
Perbedaan antara Ar-Royah dan Al-Liwa terletak pada warna dan fungsinya. Tentang warna ini, telah disampaikan dalam sebuah hadis shahih yang disampaikan dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan Imam Tirmidzi.
عن ابن عباس قال كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سوداء ولواؤه أبيض
Dari Ibnu Abbas r.a. mengatakan adalah Royah Rasulullah saw. berwarna hitam dan Liwanya berwarna putih. (HR. Tirmidzi)
Royah adalah bendera Nabi saw. berwarna hitam, sementara Liwanya berwarna putih.
Ulama memang berbeda pendapat tentang tulisan di bendera tersebut. Namun, ada riwayat yang hasan yang menyebutkan bahwa tulisan dalam kedua bendera tersebut adalah Kalimat Tauhid seperti yang ada saat ini.
Apa fungsinya? Royah atau bendera berwarna hitam dijadikan Nabi saw. sebagai panji atau tanda komando perang. Bendera ini dipegang oleh komandan perang di garis terdepan sebagai pemandu pasukan. Sementara Liwa yang berwarna putih dipegang oleh pimpinan.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa dalam penaklukkan kota Mekah, Nabi saw. memasuki kota Mekah bersama pasukan dan beliau saw. memegang Liwa atau bendera berwarna putih. Hal ini, mungkin, karena saat itu Nabi saw. tidak menginstruksikan pertumpahan darah tapi hanya pengepungan dan penaklukan.
Fenomena Royah di Perang Mu’tah
Pada awal abad kedelapan hijriyah, 3000 pasukan Islam mengamankan wilayah Yordan bagian timur yang saat itu dikuasai Romawi. Hal tersebut terjadi ketika utusan Rasulullah saw. yang menyampaikan surat ke Kaisar Romawi Heraklius dibunuh di sekitar wilayah tersebut oleh pasukan lokal.
Pasukan inilah yang diutus Nabi saw. untuk mengamankan lokasi. Disebut sebagai Perang Mu’tah karena terjadi di sekitar daerah yang bernama Mu’tah.
Saat itu, 3000 pasukan muslim yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah tersebut ternyata disambut dengan seratus ribu pasukan Nasrani Arab dan seratus ribu pasukan Nasrani Romawi.
Sambil membawa Royah, Zaid akhirnya syahid. Royah akhirnya dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib. Hal yang sama juga dialami Ja’far, beliau syahid dengan terputusnya dua tangan beliau dan berusaha memeluk Royah tapi akhirnya syahid. Ahli sejarah menyebut, Ja’far terbunuh dengan sekitar 93 luka, baik dengan panah maupun pedang.
Royah pun diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Sahabat yang merupakan penyair kebanggaan Nabi ini pun ikut syahid.
Ketiga para pemegang Royah tersebut merupakan keputusan yang sudah disampaikan Nabi saw. sebelum mereka berangkat ke medan jihad.
Ketika ketiganya syahid, para sahabat yang berada di lokasi perang pun melakukan musyawarah kilat untuk menentukan siapa pengganti komandan pasukan yang memegang Royah. Saat itulah terpilih Khalid bin Walid.
Melalui keberanian dan kejeniusannya, Khalid bin Walid sukses memimpin pasukan hingga memperoleh kemenangan. Sejarah mencatat, pasukan muslim yang syahid di pertempuran itu tak lebih hanya berjumlah belasan. Sementara pasukan kafir kocar kacir dan melarikan diri meninggalkan medan perang.
Simbol Umat Islam
Jadi, baik Royah maupun Liwa bukan bendera milik atau simbol ormas tertentu. Melainkan, milik dan simbol umat Islam. Walaupun musuh-musuh Islam saat ini seperti ISIS memanipulasi simbol mulia tersebut untuk tujuan jahat, yaitu menjelek-jelekkan citra Islam.
Dari kasus pembakaran yang terjadi beberapa hari lalu terhadap Royah atau bendera hitam bertuliskan Kalimat Tauhid, menunjukkan bahwa umat Islam belum memahami ajaran yang benar tentang Islam.
Bagaimana mungkin sebuah tim pengamanan ormas Islam bisa sebegitu bangganya melakukan pembakaran terhadap simbol mulia agamanya sendiri.
Hikmah dari kasus ini, umat Islam harus membiasakan diri, bukan hanya ormas tertentu, untuk mengibarkan dan memunculkan Royah dan Liwa dalam identitas keseharian mereka tanpa mengabaikan merah putih sebagai simbol negara. Wallahu a’lam. (mh)