ANDAI Bumi bisa ngomong. Artikel ini dibagikan oleh Bunda Icha Savitry Khairunnisa dalam akun IG-nya @ichasavitry karena melihat kondisi perubahan iklim yang semakin memprihatinkan.
Sebagai seorang WNI yang tinggal di luar negeri, yaitu di Haugesund, Norwegia, Bunda Icha dan keluarga merasakan betul dampak perubahan iklim yang terjadi di sekitarnya.
baca juga: Bumi Ini Diciptakan untuk Manusia
Andai Bumi Bisa Ngomong, Renungan tentang Perubahan Iklim dari Bunda Icha
“Tahukah kalian, bahwa air terjun Niagara yang gigantis itu pernah berhenti mengalir hingga membeku pada tahun 1848?
Tahukah pula kalian kalau sampai awal abad ke-20 iceberg di Norwegia bisa mencapai sungai di bawahnya tanpa mencair?
Bahkan salju yang turun di Haugesund beberapa tahun lalu bisa membuat kaki terbenam saking tebalnya.
Kini tidak lagi.”
Sekian musim dingin kami lalui di Belahan Bumi Utara, terasa udara tak sedingin dulu, walau masih bisa menyentuh -20°C di saat terdingin.
Salju kadang turun lebat, tapi lebih sering malu-malu. Kadang dalam sehari berturut-turut kami menerima curahan salju, air, hingga butiran es yang serasa dilempari jumrah bila menyentuh wajah.
Tapi kami tak mengeluh. Meski kiriman salju tak jarang membuat transportasi umum mandeg; terlebih yang menggunakan bahan bakar listrik yang lebih ramah Bumi.
Kendaraan tergelincir, orang-orang terpeleset di jalan es yang licin. Qodarullah. Tak perlu mengeluh.
Bumi semakin tua. Bebannya makin berat. Polusi udara membuat sesak. Sampah plastik yang sulit terurai, tersebar dari darat hingga ke dasar lautan.
Kalau bisa menangis, mungkin aliran air mata Bumi sudah menenggelamkan kita samua bagai air bah.
Greenpeace, Greta Thunberg, berbagai organisasi penyelamat lingkungan, hingga KTT COP Climate, semua bersuara atas nama Bumi.
Sementara penggundulan hutan dari Amazon hingga Kalimantan, penggalian tambang ugal-ugalan, dan kebiasaan buang sampah sembarangan, terasa bagaikan antitesis.
Kalau Bumi bisa ngomong, mungkin dia akan bilang untuk kesekian kali,
“Aku bukan milik segelintir kaum. Kalian tersebar di penjuruku semata dititipi untuk anak cucu kelak. Tuhan kalian menempatkan kalian di seanteroku hanya untuk satu tujuan: membuat perbaikan di muka Bumi-Nya.”
View this post on Instagram
Tulisan Bunda Icha ini menyadarkan kita bahwa arti menjaga bumi dan lingkungan itu sangat penting, bahkan bisa dimulai dari hal kecil, yaitu mengurangi sampah plastik dan tidak membuang-buang makanan.
Ayo, semangat menjaga bumi.[ind]