AMBIL kembali masjid di Spanyol. Kabar ini datang dari Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur berencana membeli sebuah tempat ibadah non-Muslim di Alcala, Spanyol.
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti dalam akun IG @uttiek.herlambang pada (7/11/22) menulis antusiasme teman-teman Muhammadiyah merupakan kabar gembira.
Trenyuh akan memudarnya Islam di Spanyol, Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur merencanakan akan membeli sebuah tempat ibadah non Muslim di Alcala, Spanyol.
Tempat ibadah non Muslim ini bisa dijangkau sekitar 15 menit perjalanan dari Madrid.
”Kami tengah melakukan proses negoisasi dengan pihak pengelola tempat ibadah itu. Mereka menawarkan harga sekitar 3 juta Euro atau sekitar Rp45 Milyar. Kami masih mencoba menawarnya. Kita tunggu seperti apa hasilnya ke depan,” kata Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim MA. [Republika, 6/11]
Allahu akbar!
Kabar itu seakan membalut sedikit luka atas apa yang terjadi di Andalusia. Ribuan masjid dihancurkan dan sebagian dialihfungsikan sebagai gereja pada masa reconquista.
Tercatat di kota Cordoba saja, tak kurang 3.800 masjid telah berdiri pada masa itu dengan Masjid Agung Cordoba sebagai masjid utama, yang kini diubah menjadi katedral Mezquita.
Nama Mezquita dalam bahasa Spanyol artinya masjid, sebagai penegasan bahwa tempat itu dulunya adalah masjid.
Mihrab tempat imam memimpin shalat masih dibiarkan kokoh berdiri, namun dibatasi dengan terali besi dan tidak boleh digunakan untuk shalat lagi.
Yang memilukan, tak jauh dari mihrab berpahatkan kalimat Lâ Ilâha illallâh Muhammad Rasûlullâh, didirikan altar dan dipasang patung-patung serta gambar-gambar yang sangat besar.
Siapapun Muslim yang menyaksikan, pasti akan terluka hatinya.
Kini, banyak gereja di Eropa yang dijual karena tak ada lagi yang beribadah di dalamnya. Sebuah data dirilis BBC. com.
Survei yang dilakukan terhadap anak-anak muda usia 16-29 tahun di 12 negara Eropa menunjukkan mayoritas dari mereka mengaku tidak lagi menganut agama.
Di Republik Ceko, proporsinya mencapai 91%. Di Estonia, Swedia, dan Belanda angkanya berkisar antara 70%-80%.
Kalaupun mereka masih memilih untuk beragama, rerata 70-80% responden mengatakan tidak pernah ke gereja.
Di Inggris, Prancis, Belgia, Spanyol, dan Belanda, antara 56%-60% anak mudanya tidak pernah ke gereja sama sekali.
Sehingga logis kalau banyak bangunan gereja yang dijual. The Gatestone Institute melaporkan terjadinya peningkatan penutupan gereja-gereja di Inggris Raya.
Menurut laporan tersebut, setidaknya ada 500 gereja telah ditutup di Inggris.
Ada yang asetnya dijual, lalu dikonversi menjadi rumah pribadi, namun tak sedikit yang dijual dan digunakan sebagai masjid.
Baca Juga: Seniman Spanyol Puji Keunggulan Seni Islam di Expo 2020 Dubai
Ambil Kembali Masjid di Spanyol
View this post on Instagram
Mengapa banyak komunitas Muslim memilih membeli bekas gereja untuk digunakan sebagai masjid? Salah satunya adalah mempermudah perizinan.
Bangunan yang telah berizin sebagai tempat ibadah, seterusnya bisa digunakan sebagai tempat ibadah.
Seperti Gereja Hyatt United yang dibeli oleh komunitas Muslim Mesir dan diubah menjadi masjid. Gereja Methodis yang dibeli komunitas Muslim Bangladesh tahun 1978 dan diubah menjadi Masjid Brick Lane.
Masjid Brick Lane sangat luas, mampu menampung 3.200 jamaah. Khutbah Jumat disampaikan dalam tiga bahasa, yakni bahasa Bengali, Inggris, dan Arab.
Gereja Didsbury di Kota Manchester, Inggris, dibeli komunitas Muslim Arab. Masjid itu kini menjadi salah satu masjid yang paling megah, lengkap dengan sebuah perpustakaan.
Secara keseluruhan, masjid ini mampu menampung 1.000 jemaah.
Kalau dulu Isabel dan Ferdinand menggunakan segara cara untuk melenyapkan jejak Islam di tanah Eropa, kini dengan mudah Allah membalik semuanya.
Ini saatnya mengambil kembali masjid-masjid kita. Ini saatnya mengambil kembali masjid-masjid kita. Setelah Alcala, bukan tak mungkin azan kembali berkumandang dari Mezquita.[ind]