AKSI dan narasi dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Ketika para sahabat geram dengan ulah Abdulllah bin Ubay bin Salul, yang selalu membuat kesal kaum Muslimin, karena sikapnya yang menikam kawan seiring menggunting dalam lipatan, selalu menentang kebijakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, khususnya yang terkait dengan sanksi terhadap makar Yahudi.
Abdullah bin Ubay bin Salul selalu berpihak kepada Yahudi, karena sedari awal dia memang tidak senang dengan kehadiran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menetap di Madinah, hadirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah meredupkan reputasinya dan mengkandaskan karirnya yang tinggal hanya selangkah lagi menjadi pemimpin Yatsrib (Madinah).
Umar bin Khattab dan beberapa sahabat lainnya menawarkan diri kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeksekusi Abdullah bin Ubay bin Salul, ketika hal itu didengar oleh putranya Abdulllah bin Ubay bin Salul, diapun angkat bicara dan berkata:
“Ya Rasulullah, ketimbang engkau menyuruh seseorang untuk membunuh Ayahku lebih baik aku saja yang membunuhnya, karena bila aku melihat orang yang membunuh ayahku maka tidak mustahil aku akan membunuhnya pula, maka berdosalah aku karena telah membunuh seorang Muslim.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencermati sikap para sahabatnya itu dengan kepala dingin dan lapang dada, beliau paham betul akan gejolak jiwa sebagian sahabatnya yang serasa mendidih darahnya bila melihat sikap dan ulah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Namun beliau tetap mengkalkulasi dampak dan memitigasi resiko atas segala tindakan dan ucapan yang semakin memperkeruh suasana, menimbulkan kegaduhan, kontraproduktif dan menjadi blunder buat kerja kerja dakwah dan perjuangan menyampaikan risalah.
Oleh karena itu dengan kelembutan hatinya saat beliau diminta untuk mengeluarkan kata perintah untuk membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul, beliau menolak dengan halus seraya bersabda:
فكيف يا عمراذا تحدث الناس ان محمدا يقتل أصاحبه؟
Aksi dan Narasi
“Bagaimana Ya Umar, jika orang orang berkata bahwasanya Muhammad telah membunuh teman temannya sendiri.”
Aksi dan Narasi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut merefleksikan “Nudujul Fikroh” (kematangan berfikir) seorang pemimpin dalam melontarkan pernyataan, pernyataannya terukur sehingga tidak menimbulkan isu dan gejolak yang memberikan bola lambung kepada pihak pihak yang tidak senang kepada dakwah dan risalahnya.
Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengiyakan permintaan sahabatnya untuk membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul, bisa jadi hal itu dijadikan propaganda oleh kafir Quraisy Mekkah, mereka memviralkan kabar dan peristiwa pembunuhan tersebut seraya berkata:
“Lihat tuh Muhammad membunuh saudaranya sendiri yang belum lama masuk Islam, kalau kalian coba coba masuk Islam tidak tertutup kemungkinan kalian akan mengalami hal yang sama.”
Hikmah dan ibroh yang dapat diambil dari pelajaran di atas di antaranya:
1. Seorang Da’i dan tokoh Islam harus memperhatikan aksi dan narasinya agar senantiasa positif dalam menyampaikan pesan pesan dakwahnya, tanpa melukai perasaan orang yang di dakwahinya.
2. Aktivis Islam yang telah menjadi pejabat publik dan calon pejabat publik juga harus hati-hati dalam menyampaikan pesan dan pernyataan di ruang publik, dengan memilih diksi dan narasi yang baik, yang tidak kontra produktif dan tidak blunder terhadap tujuan tujuannya yang mulia.
3. Di era sosial media sekarang ini aktifis dakwah tidak hanya menjaga lisannya tapi juga menjaga jempolnya (hifzhullisaan wal Ibham), agar tidak mudah membuat konten dan narasi yang rawan kegaduhan, atau menshare dan menyebarluaskan hoax via dunia maya yang kontra produktif bagi keberlangsungan dakwah.[Sdz]